Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kejahatan Akibat Pandemi Melonjak, Ratusan Ribu Rumah Tangga Tinggalkan New York

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Senin, 16 November 2020, 09:20 WIB
Kejahatan Akibat Pandemi Melonjak, Ratusan Ribu Rumah Tangga Tinggalkan New York
Ratusan ribu rumah tangga di New York melakukan eksodus massal di tengah pandemi Covid-19/Net
rmol news logo Ratusan ribu rumah tangga dilaporkan telah pindah dari New York City sejak Maret atau ketika kuncian akibat Covid-19 diberlakukan.

Eksodus massal yang dilakukan oleh penduduk New York dilakukan seiring dengan meningkatnya kejahatan, kekerasan, dan kerusuhan sipil karena pandemi Covid-19.

Mengutip Data Layanan Pos Amerika Serikat (AS), New York Post pada Minggu (15/11) memuat, ada lebih dari 295 ribu permintaan pindah alamat yang diajukan oleh penduduk di lima wilayah kota dari 1 Maret hingga 31 Oktober.

Setiap permintaan pindah alamat biasanya mencakup seluruh rumah tangga, tidak hanya satu orang, sehingga jumlah orang yang pindah akan lebih tinggi daripada jumlah pengajuan.

Untuk Maret hingga Juli saja, terdapat hampir 245 ribu pemberitahuan pindah yang diajukan ke Layanan Pos, naik 101 ribu dari periode yang sama pada 2019.

Sebagian besar kepindahan dilakukan ke New Jersey dan negara bagian tetangga New York. Sebanyak lebih dari 13 ribu rumah tangga pindah ke tiga kabupaten Florida, dan hampir 9.000 permintaan kepindahan ke Los Angeles.

Sejak awal wabah, New York telah menjadi pusat penyebaran virus corona dengan memberlakukan kuncian paling ketat daripada wilayah lain di AS. Ribuan toko, restoran, dan perusahaan bangkrut.

Negara bagian New York sejauh ini sudah melaporkan lebih dari 33 ribu kematian akibat Covid-19 atau paling tinggi di AS. Sebanyak lebih dari 24 ribu di antaranya berada di New York City.

Di tengah pandemi, New York juga menjadi salah satu wilayah yang diguncang gelombang protes Black Lives matter dan kerusuhan Antifa setelah kematian George Floyd pada Mei.

Angka kejahatan di New York juga meningkat. Data menunjukkan, terdapat 344 pembunuhan di New York dari Januari hingga September, melebihi total 335 untuk seluruh 2019. Jumlah penembakkan juga bertambah hingga 94 persen.

Jajak pendapat Institut Manhattan yang diambil dari 13 Juli hingga 3 Agustus menunjukkan, 44 persen warga New York yang berpenghasilan lebih dari 100 ribu dolar AS per tahun telah mempertimbangkan untuk pindah dari kota itu sejak Maret. Hampir setengahnya di antara mereka yang menyebut kualitas hidup dan kepuasan mereka memburuk.

Gubernur Andrew Cuomo sendiri telah mendesak penduduk New York yang kaya untuk kembali, walaupun hanya berdampak kecil.

Lebih dari 16 ribu apartemen Manhattan kosong per Oktober, terbesar dalam 14 tahun. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA