RCEP ditandatangani oleh 15 negara termasuk Australia, China, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru dan 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) termasuk Indonesia dan Vietnam.
Birmingham mengatakan, hingga hari ini, Senin (16/11), dia belum mendengar kabar dari Beijing karena ketegangan yang kini terjadi antara Australia dan China terus membayangi.
“Posisi kami tetap sama. Kami ingin melihat gangguan regulasi seperti ini berhenti,†katanya seperti dikutip dari
9News, Senin (16/11).
“Mereka sangat meresahkan dan menyebabkan penderitaan bagi Australia,†lanjutnya.
Para pemimpin dunia setuju untuk menyetujui RCEP di KTT Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Bangkok tahun lalu. Kesepakatan perdagangan itu mencakup 30 persen dari ekonomi global.
Birmingham mengatakan kesepakatan perdagangan akan memungkinkan Australia untuk merebut peluang pertumbuhan dari Asia.
“Kami juga ingin mendukung kepemimpinan mereka di wilayah kami. Mereka adalah pengisi sentral untuk stabilitas di seluruh kawasan Asia,†katanya, seraya menekankan bahwa Australia bersedia melakukan dialog itu dan terlibat dalam diskusi dengan China.
“Jadi ini kesepakatan penting, menyatukan sembilan dari 10 mitra dagang terbesar Australia yang ada, banyak di antaranya di Asia Tenggara, dengan potensi pertumbuhan nyata untuk bisnis dan ekspor kami,†ujar Birmingham.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: