"Pemerintah Guyana tidak akan lagi mengakui SADR," isi pernyataan itu.
Todd memastikan, negaranya akan tetap memberikan dukungan penuh kepada upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mencapai solusi yang damai dan dapat diterima bersama.
"Ini semua berkat dorongan yang diberikan oleh Yang Mulia Raja Mohammed VI, semoga Tuhan selalu melindunginya, yang selalu memberikan dukungan di Sahara," ujar pernyataan itu.
Menurut Kementerian Luar Negeri Maroko, mundurnya Guyana merupakan bukti lebih lanjut kurangnya pengakuan SADR di tingkat global. Iru berarti menjadi negara ke-14 di Amerika Selatan dan Karibia yang telah mencabut pengakuannya atas SADR sejak tahun 2010.
Keputusan tidak lagi mengakui SADR bertepatan dengan peringatan 45 tahun Pawai Hijau oleh rakyat Maroko.
Ada 164 negara di seluruh dunia yang juga tidak mengakui SADR yang telah dikelola oleh Polisario. Salah satu negara yang baru-baru ini menarik pengakuan itu adalah Bolivia yang dilakukan pada Januari.
Keputusan Guyana diambil di tengah ketegangan yang meletus akibat eskalasi Polisario di Guerguerat, sebuah kota dekat perbatasan Maroko dengan Mauritania, seperti dikutip dari
MWN, Senin (16/11)
Sejak September lalu, Polisario melakukan tindakan ilegal di Guerguerat. Milisi dan pendukungnya memblokir lalu lintas komersial dan sipil di wilayah tersebut, yang secara efektif menutup perbatasan dengan Mauritania.
Beberapa negara di dunia Arab menyatakan dukungannya untuk intervensi Maroko dan mengecam tindakan provokatif Polisario.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: