Begitu peringatan yang dikeluarkan oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg awal pekan ini. Peringatan itu dikeluarkan di tengah laporan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump diperkirakan akan menarik sejumlah besar pasukan Amerika Serikat dari negara yang dilanda perang itu dalam beberapa pekan ke depan.
"Kami sekarang menghadapi keputusan yang sulit. Kami telah berada di Afghanistan selama hampir 20 tahun, dan tidak ada sekutu NATO yang ingin tinggal lebih lama dari yang diperlukan. Tetapi pada saat yang sama, harga untuk pergi terlalu cepat atau dengan cara yang tidak terkoordinasi bisa sangat tinggi," kata Stoltenberg dalam sebuah pernyataan, seperti dikabarkan
Al Jazeera (Selasa, 17/11).
Untuk diketahui, penarikan pasukan Amerika Serikat adalah bagian dari perjanjian yang ditandatangani oleh pemerintahan Trump dengan kelompok militan Taliban di Afghanistan pada bulan Februari lalu.
Dalam perjanjian yang sama, Taliban berjanji untuk menjamin kepentingan keamanan Amerika Serikat.
Namun agaknya perjanjian itu hanya sebatas hitam di atas putih. Pasalnya, sejak perjanjian ditandatangani, Taliban telah melakukan banyak serangan terhadap pasukan Afghanistan, yang dilatih oleh pasukan NATO.
Di Afghanistan sendiri, NATO sendiri memiliki kurang dari 12 ribu tentara dari sejumlah negara anggota. Mereka bertugas untuk membantu dan memberi nasihat kepada pasukan keamanan nasional Afghanistan.
Di antara total pasukan NATO di Afghanistan, kebanyakan berasal dari Amerika Serikat. Mereka juga bergantung pada pasukan Amerika Serikat untuk urusan transportasi, logistik, dan dukungan lainnya.
Stoltenberg menegaskan bahwa Afghanistan masih berisiko menjadi platform bagi teroris internasional untuk merencanakan dan mengatur serangan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: