Laporan tersebut dirilis oleh Angkatan Pertahanan Australia setelah melakukan penyelidikan selama empat tahun atas tugas pemerintah. Hasilnya, informasi menunjukkan pasukan Australia melakukan pembunuhan pada tahanan hingga petani di Afganistan secara ilegal.
Penyelidikan pun dilakukan sebagai tindak lanjut laporan media yang menduga pasukan khusus Australia terlibat dalam puluhan kematian ilegal di Afganistan.
Kepala Angkatan Pertahanan Australia, Angus Campbell pada Kamis (19/11) mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi yang dipercaya bahwa 25 personel tentara pasukan khusus kemungkinan telah terlibat dalam 36 kasus pembunuhan.
Ia menuturkan, beberapa tentara yang belum berpengalaman didorong oleh rekan-rekannya untuk melakukan "pembunuhan" pertama mereka. Adapun praktik tersebut disebut sebagai "blooding".
"Tentara Australia di Afganistan salah menempatkan fokus pada prestise, status, dan kekuasaan. (Mereka) mengambil jalan pintas, membengkokkan aturan," kata Campbell, seperti dikutip
Bloomberg.
"Tidak mengoreksi budaya ini dan membiarkannya berkembang adalah kegagalan unit dan komando yang lebih tinggi," lanjut dia.
Pekan lalu, Perdana Menteri Scott Morrison menyebut pasukan elit yang terlibat harus mendapatkan tuntutan pidana di Australia, alih-alih dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional.
Sejauh ini, Australia memiliki sekitar 80 personel militer di Afganistan. Walaupun Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan menarik pasukannya dari Afganistan, belum diketahui apakah Australia akan melakukan hal yang sama.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.