Kepala Angkatan Pertahanan Australia Angus Campbell telah mengeluarkan permintaan maaf kepada orang-orang Afghanistan saat dia merilis laporan itu pada Kamis (19/11). Menyusul Perdana Menteri Scott Morrison yang merasa sangat prihatin dan meminta maaf kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani
“Pemerintah Australia menanggapi tuduhan tersebut dengan sangat serius. Laporan tersebut akan diteruskan ke Kantor Penyelidik Khusus. Jadi mereka akan ditangani sesuai dengan hukum Australia," ujar Morrison usai menyatakan permintaan maafnya, seperti dikutip dari
News, Kamis (19/11).
Tujuh hari sebelumnya, Morrison telah memperingatkan negaranya untuk bersiap menghadapi tuduhan tindakan serius dan 'mungkin kriminal' terhadap pasukan pertahanan Australia (SAS) di Afghanistan. Para tentara tersebut akan dituntut atas pembunuhan di luar hukum.
“Ini akan sangat sulit bagi orang Australia. Ini akan sulit bagi kita semua," kata Morrison.
Ia berharap, yang harus dilakukan Australia sebagai sebuah negara adalah menyerap peristiwa ini dengan cara yang memungkinkan untuk menegakkan integritas sistem peradilan dan menegakkan integritas kekuatan pertahanan Australia.
"Kami sangat bergantung pada kedua institusi ini, secara mutlak," ujarnya, seraya menekankan Australia harus membentuk Tim Penyelidik Khusus.
Seorang penyelidik khusus akan ditunjuk untuk mempertimbangkan tuduhan kejahatan perang oleh tentara Australia di Timur Tengah itu.
Menteri Pertahanan Linda Reynolds membenarkan bahwa skandal itu bisa melibatkan perampasan medali tentara jika kesalahan terbukti dan mereka pada akhirnya dihukum karena kejahatan.
Pahlawan SAS dianugerahi Victoria Cross pada tahun 2011 karena keberaniannya selama tur kelimanya di Afghanistan.
Hakim Agung Brereton yang melakukan penyelidikan kejahatan perang ini mengatakan dia menerima cukup informasi untuk tentang 19 tentara Australia telah membunuh 39 orang secara ilegal dan 'memperlakukan dengan kejam' dua lainnya.
Di bawah hukum, 'perlakuan kejam' adalah pelanggaran ketika seseorang telah membuat rasa sakit atau penderitaan fisik atau mental yang parah pada seseorang yang tidak terlibat dalam permusuhan aktif atau bukan anggota kelompok bersenjata yang terorganisir.
Laporan itu mengatakan total 25 personel ADF terlibat, termasuk orang-orang yang menjadi saksi dalam insiden tersebut. Dari 25 itu, dikatakan beberapa terlibat dalam satu kesempatan dan yang lainnya dalam kesempatan berbeda.
Para prajurit yang melakukan kejahatan yang dituduhkan ini adalah operator elit di unit SAS dan komando.
Kematian itu telah ditutup-tutupi dengan membuat alasan bahwa orang-orang itu bergerak ke dalam posisi 'menyerang mereka' dan membahayakan, sehingga terpaksa dibunuh.
Meskipun Morrison telah menyampaikan permohonan maafnya, ia mengakui bahwa laporan yang dirilis itu telah mengganggu. Dia berharap Angkatan Pertahanan Australia segera menyunting laporan itu minggu depan. Laporan kejahatan perang itu bisa berdampak kurang baik bagik tentara lainnya yang tidak melakukan kesalahan.
“Ada beberapa perilaku yang mengganggu di sini. Kami kemudian tidak dapat mengambilnya dan menerapkannya kepada semua orang yang telah mengenakan seragam. Jika kami melakukan ini, itu akan sangat tidak adil, sangat tidak adil,'' kata Perdana Menteri, menekankn bahwa banyak sekali tentara Australia yang telah mengabdi selama di Afghanistan.
Pemerintah Morrison menyatakan keprihatinannya dan mengakui bahwa rilis laporan tersebut dapat berdampak pada kesehatan mental mantan dan tentara yang bertugas.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: