Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kejahatan Perang Terungkap, Kementerian Pertahanan Australia Pertimbangkan Hapus Seluruh Resimen Pasukan Khusus

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 20 November 2020, 06:51 WIB
Kejahatan Perang Terungkap, Kementerian Pertahanan Australia Pertimbangkan Hapus Seluruh Resimen Pasukan Khusus
Para pemimpin militer Australia sedang melakukan dialog/Net
rmol news logo Para pemimpin militer Australia mempertimbangkan untuk membubarkan seluruh Resimen Pasukan Khusus negara itu setelah menerima bukti kejahatan perang yang mengejutkan yang dilakukan di Afghanistan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Hasil investigasi terhadap perilaku personel pasukan khusus (SAS) menemukan bukti kredibel bahwa tentara Australia membunuh 39 orang dan menyiksa dua tahanan.

Kepala Pertahanan Angus Campbell mengatakan akan mempertimbangkan keputusan untuk membubarkan seluruh resimen SAS setelah menerima laporan lengkap.

"Itu adalah sesuatu yang saya dan kepala militer diskusikan," kata Jenderal Campbell kepada radio ABC pada Jumat (20/11), seperti dikutip dari AP.

“Tapi kami sangat yakin, jalan ke depan untuk mengembangkan resimen itu dan kemampuan operasi khusus Australia adalah dengan berkomitmen untuk membangun dan bekerja dengan orang-orang agar tumbuh organisasi yang lebih baik.”

Laporan tentang kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan khusus Australia sangat mengerikan. Penyelidikan menemukan bahwa anggota patroli yunior diperintahkan untuk mengeksekusi tahanan, sementara senjata dan bukti ditanam di tubuh untuk menutupi pembunuhan ilegal.

Dalam salah satu insiden paling mengerikan yang terungkap, tentara Australia dilaporkan memotong leher dua anak laki-laki berusia 14 tahun dan membuang tubuh mereka ke sungai karena mereka yakin mereka adalah simpatisan Taliban.

Di tempat lain, pasukan khusus diduga membantai sebuah desa dan kemudian menyiksa orang yang selamat selama berhari-hari sebelum membunuh mereka.

Hasil penyelidikan itu akhirnya berimbas pada dibubarkannya satu skuadron SAS, sementara 19 orang yang bertugas atau mantan tentara akan menghadapi kemungkinan penuntutan dan pencabutan medali mereka.

Pemerintah Australia berjanji akan memberikan kompensasi kepada keluarga Afghanistan yang kehilangan orang yang dicintai.

Investigasi empat tahun yang dilakukan oleh Inspektur Jenderal Angkatan Pertahanan Australia, Hakim Agung Paul Brereton, telah mengungkap adanya kejahatan perang.

Beberapa tentara yang diduga terlibat dalam kejahatan perang masih bertugas di militer sampai saat ini.

"Jadi saya telah mengarahkan panglima angkatan darat untuk mempertimbangkan dan meninjau layanan mereka yang saat ini masih bertugas berdasarkan kasus per kasus," kata Jenderal Campbell.

Mantan Perdana Menteri Kevin Rudd merasa muak mengetahui bahwa tentara Australia yang bertugas di Afghanistan bisa melakukan pembunuhan berdarah dingin seperti yang dilaporkan. Rudd adalah pemimpin Australia dalam keterlibatan militer di Afghanistan.

Rudd membandingkan perilaku tersebut dengan penyiksaan Abu Ghraib dan skandal pelecehan penjara.

Rudd mengikuti jejak Perdana Menteri Scott Morrison yang meminta maaf kepada pemerintah dan rakyat Afghanistan. Ia menyatakan akan mendukung proses keadilan bagi kasus ini. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA