Komisi Hak Asasi Manusia Afganistan (AIHRC) mengatakan, laporan terkait adanya puluhan pembunuhan ilegal oleh pasukan khusus Australia adalah kekerasan dan kekejaman yang tidak manusiawi.
Ketua AIHRC yang berbasis di Kabul, Shaharzad Akbar pun mendesak Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara-negara lain yang memiliki pasukan militer di Afganistan untuk menyelidiki lebih lanjut hal tersebut.
"Secara khusus, AIHRC meminta Inggris untuk memulai penyelidikan independen untuk mempertimbangkan dan menyelidiki tuduhan pembunuhan ilegal tersebut," kata Akbar, seperti dikutip
The Guardian, Jumat (20/11).
"Hanya melalui serangkaian investigasi independen kami dapat mengungkapkan sejauh mana sebenarnya pengabaian terhadap kehidupan di Afganistan," lanjut dia.
Akbar juga mengatakan, dengan penyelidikan mendalam, maka hak dan keadilan bagi keluarga korban akan terpenuhi.
Dalam laporan hasil penyelidikan selama empat tahun yang dirilis oleh militer Australia, pasukan negeri Kanguru itu disebutkan kerap melakukan praktik "blooding".
Praktik tersebut adalah dorongan bagi pasukan belum berpengalaman untuk melakukan pembunuhan, di mana korbannya kerap adalah warga sipil.
Sejauh ini, investigasi menunjukkan 39 warga Afganistan tewas dalam praktik tersebut oleh 25 pasukan khusus Australia.
Pasukan khusus Australia lebih banyak dikerahkan untuk menghalangi perdagangan narkoba Afganistan, terutama di Helmand, tempat pasukan Inggris aktif.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: