Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Macron: Rusia Dan Turki Sengaja Menyulut Sentimen Anti-Prancis Lewat Media

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 21 November 2020, 11:43 WIB
Macron: Rusia Dan Turki Sengaja Menyulut Sentimen Anti-Prancis Lewat Media
Presiden Emmanuel Macron/Net
rmol news logo Presiden Prancis Emmanuel Macron menuding Rusia dan Turki berusaha menggemakan sentimen anti-Prancis di Afrika dengan mendanai orang-orang yang menimbulkan kebencian terhadap Prancis di media.

Hal itu disampaikan Macron menanggapi banyaknya tokoh dan media yang sengaja membuat kesalahpahaman atas sejumlah pernyataannya selama ini.

“Kita tidak boleh naif dalam hal ini: banyak dari mereka yang berbicara, yang membuat video, yang hadir di media berbahasa Prancis (yang) didanai oleh Rusia atau Turki,” katanya kepada majalah Jeune Afrique, menuduh Moskow dan Ankara berusaha untuk bermain-main dengan kebencian pasca-kolonial, seperti dikutip dari AFP, Jumat (20/11).

Dalam wawancara tersebut Macron juga mengatakan bahwa Turki berkontribusi pada kesalahpahaman atas pembelaannya tentang hak karikatur setelah pemenggalan kepala seorang guru yang telah menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelasnya.

“Ketika saya memutuskan untuk menyerang Islam radikal, kata-kata saya terdistorsi, oleh Ikhwanul Muslimin, secara luas, dan juga oleh Turki, yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi banyak opini publik, termasuk di sub-Sahara Afrika,” ungkapnya.

Mengulangi posisi yang telah menyebabkan kontroversi besar di Prancis dan sekitarnya selama beberapa bulan terakhir, dia menambahkan: “Saya tidak menyerang Islam, saya menyerang terorisme Islam.”

Ketegangan antara Prancis dan Turki terus meningkat ke level baru terkait berbagai sengketa dalam beberapa bulan terakhir, termasuk Suriah, Libya, Mediterania timur, dan sekarang tindakan keras Prancis terhadap Islam radikal.

Prancis telah menyerukan untuk memikirkan ulang total hubungan Uni Eropa dengan Turki, yang di bawah Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam beberapa tahun terakhir telah secara signifikan membangun kehadiran dan pengaruhnya di Afrika.

Rusia juga memainkan peran yang semakin aktif di Afrika, itu ditunjukan dengan kehadiran kelompok tentara bayaran Wagner pro-Kremlin di beberapa negara.

Dalam wawancara yang luas, Macron juga mengesampingkan negosiasi dengan kelompok-kelompok jihadis di wilayah Sahel Afrika, tempat Prancis mengerahkan pasukan berkekuatan ribuan orang.

“Kami tidak berdiskusi dengan teroris, (tetapi) justru kami bertempur (dengan teroris),” kata Macron, saat perdebatan meningkat di Prancis dan Afrika mengenai strategi jangka panjang pasukan Barkhane.

Dia mengatakan bahwa Prancis dapat berbicara dengan berbagai kelompok politik dan lainnya, tetapi tidak dengan entitas teroris yang terus membunuh warga sipil dan tentara, termasuk tentara Prancis. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA