Kepala Jenderal Angkatan Pertahanan Australia, Angus Campbell pada Minggu (22/11) menegaskan, ia akan bertanggung jawab untuk memastikan laporan tersebut ditangani secara menyeluruh.
Untuk itu, ia meminta Angkatan Pertahanan Australia (ADF) mengakuinya agar dapat memperbaiki kecatatan tersebut di masa depan.
"Saya ingin ADF mengakui bahwa ini adalah sesuatu yang kita miliki, karena jika kita menyanggahnya, kita tidak akan bisa memperbaikinya. Jika kita tidak memperbaikinya, kengerian ini mungkin akan muncul lagi dan saya tidak bisa menerimanya," tegas Campbell, seperti dikutip
Reuters.
"Saya melihat tanggung jawab berlapis di sini. Saya bertekad untuk melihat perubahan yang mendalam, komprehensif, dan abadi jika diperlukan," lanjutnya.
Pada Kamis (19/11), Campbell merilis laporan hasil penyelidikan perilaku personel pasukan khusus Australia di Afganistan antara 2005 hingga 2016.
Dalam laporan tersebut terbukti komando senior kerap memaksa tentara junior untuk membunuh tawanan yang tidak berdaya yang disebut sebagai praktik "blooding".
Dalam laporan tersebut, 19 tentara aktif dan sudah pensiun kemungkian akan dituntut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: