Berbicara dalam sebuah wawancara televisi pemerintah pada Minggu (22/11), Putin menegaskan kembali ia tidak akan memberikan selamat hingga kemenangan Biden dikonfirmasi secara legal atau jika petahana, Presiden Donald Trump telah mengakui kekalahannya.
Meski begitu, ia menggarisbawahi, Rusia akan bekerja sama dengan siapa pun yang akan menjadi presiden AS ke depannya.
"Kami akan bekerja dengan siapa saja yang memiliki kepercayaan dari rakyat Amerika," ucap Putin, seperti dikutip
New York Post.
"Tapi kepercayaan itu hanya bisa diberikan kepada kandidat yang kemenangannya diakui oleh lawan, atau hasilnya dikonfirmasi dengan cara yang sah dan legal," tegas dia.
Lebih lanjut, Putin mengatakan, keputusan untuk belum memberikan selamat kepada Biden adalah formalitas tanpa motif yang tersembunyi.
Lagipula, ia menyebut, hubungan antara AS dan Rusia pun sudah terlanjur hancur.
"Tidak ada yang rusak, semua sudah hancur," kata Putin
Sikap Putin untuk belum memberikan selamat pada pemilihan tahun ini sangat berbeda jika dibandingkan 2016 lalu.
Ketika Trump menang dari Hillary Clinton, Putin dengan cepat memberikan ucapan selamat. Tetapi saat itu Clinton telah menyatakan kekalahannya sehari setelah pemungutan suara.
Jurubicara Putin, Dmitry Peskov mengatakan, pemilihan kali ini berbeda karena Trump telah menolak mengakui hasil pemilihan dan terus melakukan upaya hukum untuk membatalkannya.
Sejauh ini,
New York Post memuat, Biden sudah memenangkan 306 suara elektoral, sementara Trump memiliki 232 suara elektoral. Untuk memenangkan tiket ke Gedung Putih, seorang kandidat presiden harus mendapatkan minimal 270 suara elektoral.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: