Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sel Tidur ISIS Terus Bangkit, Bukti Kegagalan Pemerintah Irak Perangi Terorisme

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 23 November 2020, 13:24 WIB
Sel Tidur ISIS Terus Bangkit, Bukti Kegagalan Pemerintah Irak Perangi Terorisme
Pasukan Mobilisasi Populer mengamankan perbatasan Irak-Suriah di al-Qaim pada peristiwa tahun lalu/Net
rmol news logo Provinsi Salahaddin di Irak mengumumkan tiga hari berkabung sejak terjadi serangan mematikan yang diduga dilakukan oleh kelompok ISIS. Serangan itu menewaskan sedikitnya enam personel keamanan Irak dan empat warga sipil, termasuk satu yang meninggal karena luka-lukanya.

Kejadian itu bermula pada Sabtu (21/11) malam waktu setempat, ketika sebuah bom pinggir jalan menghantam sebuah mobil sipil di jalan terbuka dekat gungung Makhoul, sekitar 200 km sebelah utara Baghdad.

“Ketika pasukan keamanan tiba di tempat kejadian, sejumlah militan menembaki mereka,” kata polisi, seperti dikutip dari Arab News, Senin (23/11).

Tidak ada klaim oleh kelompok ISIS, tetapi walikota dan polisi setempat menyalahkan kelompok itu, yang menurut pemerintah Irak pada akhir 2017 telah dikalahkannya. Kemenangan itu terjadi setelah tiga tahun pertempuran brutal untuk merebut kembali sepertiga wilayah Irak yang telah direbut oleh ISIS.

Meskipun para militan tidak lagi menguasai wilayah, sel-sel yang tidur kerap melakukan serangan tabrak lari terhadap infrastruktur negara, terutama di daerah gurun di utara ibu kota.

Dua minggu lalu, 11 orang tewas dalam serangan ISIS di pos pengawasan di Al-Radwaniyah di pinggiran Baghdad.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan bulan ini oleh Pusat Internasional untuk Penanggulangan Terorisme di Den Haag, kelompok ekstremis tersebut telah mengklaim lebih banyak serangan di Irak daripada di negara lain mana pun yang aktif selama periode Desember 2018 hingga Mei tahun ini.

Studi tersebut mengatakan bahwa aktivitas ISIS di Irak meningkat pesat dari Februari 2020 dan seterusnya, mencapai tingkat yang ‘sangat dekat’ dengan yang sebelum menyapu sepertiga Irak pada tahun 2014. Namun, jumlah kematian tetap rendah.

“ISIS di Irak secara umum tampak bergerak dari fase pembangunan (ulang) menjadi fase yang ditandai dengan serangan gaya gerilya yang kurang ajar,” kata studi tersebut.

Serangan itu bertepatan dengan kampanye baru yang dilakukan oleh pasukan keamanan Irak untuk menangkap jihadis yang bersembunyi di medan terjal di utara dan barat negara itu.

Faktanya, hanya sehari sebelum serangan, kepala polisi federal Irak Jaafar Al-Batat mengatakan kepada media pemerintah bahwa daerah sekitar gunung Makhoul telah dibersihkan.

“Pasukan keamanan Irak baru saja meyakinkan kami bahwa daerah ini telah dibersihkan,” tulis Mashaan Al-Jaboury, seorang anggota parlemen yang mewakili Salahaddin, di Twitter setelah kekerasan yang terjadi pada Sabtu malam.

Bagi Jamal Al-Dhari, tokoh Sunni lainnya yang menulis di Twitter, penyergapan terbaru itu menjelaskan kegagalan berulang dalam perang melawan terorisme.

“Pemerintah (Perdana Menteri) Mustafa Al-Kadhemi harus secara serius menerapkan strategi nasional dan berhenti puas dengan 'komite investigasi',” kata Dhari.

Warga Irak secara teratur mengejek pemerintah mereka karena membentuk badan investigasi yang tidak membuahkan hasil.

Ketegangan datang ketika koalisi pimpinan AS, yang membantu Irak memerangi ISIS mulai tahun 2014, menarik pasukannya. Tahun ini, AS telah mengurangi kontribusinya pada koalisi dari 5.200 menjadi sekitar 3.000 tentara, karena negara-negara lain juga telah mengurangi jumlah mereka. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA