“Macron memperlakukan umat Muslim seperti yang apa dilakukan Nazi terhadap orang Yahudi - anak-anak Muslim akan mendapatkan nomor ID (sementara anak-anak lain tidak) sama seperti orang Yahudi dipaksa memakai bintang kuning di pakaian mereka untuk identifikasi,†kata Mazari dalam cuitannya pada Sabtu (21/11), seraya menautkan ke artikel online yang berisi tentang ide memberikan ID pada anak-anak Prancis.
Dalam cuitan lanjutannya pada hari Minggu, Mazari kembali menggandakan klaimnya, menyusul kecaman dari kementerian luar negeri Prancis pada Sabtu malam, yang menggambarkan cuitannya sebagai kebohongan terang-terangan, dijiwai dengan ideologi kebencian dan kekerasan.
Namun isi artikel itu kemudian diubah pada hari Minggu (22/11) yang menuliskan bahwa gagasan pemberan ID itu akan diterapkan pada semua anak di Prancis dan tidak hanya untuk anak-anak Muslim.
Menyadari ada perubahan isi artikel itu, tak lama Mazari mentweet: “Artikel yang saya kutip telah dikoreksi oleh publikasi yang relevan, saya juga telah menghapus tweet saya pada hal yang sama," seperti dikutip dari
Al Jazeera, Minggu (22/11).
Insiden tersebut masih terkait dengan kemarahan di Pakistan atas publikasi ulang karikatur Nabi Muhammad oleh majalah satir Prancis Charlie Hebdo dan pernyataan Macron tentang radikalisme Islam.
Sementara Macron dalam sebuah wawancara pekan lalu telah mengatakan bahwa dia menyerang terorisme Islam bukan agama Islam.
“Saya tidak menyerang Islam, saya menyerang terorisme Islam.â€
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: