Dilaporkan
AFP pada Selasa (24/11), para pengunjuk rasa akan melakukan aksi di Biro Properti Mahkota yang mengelola properti monarki pada Rabu (25/11).
Aksi tersebut kemungkinan akan terjadi secara besar-besaran, khususnya setelah pengunjuk rasa dibuat marah karena penembakan enam orang oleh polisi pada pekan lalu di Bangkok.
Seiring berjalannya waktu, aksi protes di Thailand yang dimulai oleh gerakan mahasiswa mulai meluas.
Sejauh ini puluhan ribu orang sudah ikut berpartisipasi untuk menuntut pengunduran diri Prayut, reformasi monarki, hingga amandemen konstitusi.
Gerakan "Kaos merah" yang terkenal pada satu dekade lalu juga kembali muncul.
Profesor ilmu politik di Universitas Chulalongkorn, Siripan Nogsuan Sawasdee mengatakan, pengunjuk rasa harus memprioritaskan tuntutan dan memilih beberapa tokoh terkemuka agar bisa membuat kemajuan.
Pasalnya, Siripan menjelaskan, tuntutan yang disampaikan oleh pengunjuk rasa sejak demonstrasi empat bulan lalu sangat tabu, yaitu mendorong munculnya budaya politik baru dan kebebasan berekspresi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Thailand.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.