Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Trump Sudah Beri Lampu Hijau, China Harus Mulai PDKT Dengan Tim Transisi Joe Biden

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 25 November 2020, 07:45 WIB
Trump Sudah Beri Lampu Hijau, China Harus Mulai PDKT Dengan Tim Transisi Joe Biden
Joe Biden/Net
rmol news logo Amerika Serikat akan segera memasuki era baru ketika proses transisi kekuasaan mendapat lampu hijau dari Donald Trump. Para analis juga memprediksi akan ada sejumlah perubahan kebijakan dalam pemerintahan AS di bawah kendali Joe Biden.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Trump, pada Senin (23/11) waktu setempat, mengatakan bahwa dia tidak lagi menentang bantuan pemerintah untuk tim transisi Joe Biden, sebuah sinyal yang menunjukkan bahwa akhirnya dia akan mengakui kekalahannya dalam pemilihan AS.

Tweet Trump menunjukkan bahwa tidak ada keraguan Biden akan mengambil alih, dan juga mengisyaratkan bahwa negara-negara seperti China dan Rusia dapat mulai menghubungi tim Biden, kata para analis.

Kontak antara China dan pemerintahan Biden dapat dimulai dengan kerja sama tentang perubahan iklim dan diskusi tentang pengurangan hambatan perdagangan, kata analis China, seperti dikutip dari Global Times, Selasa (24/11).

Para pengamat mengatakan pemerintahan Biden dengan wajah-wajah yang akrab dengan China akan membawa pendekatan yang lebih profesional, rasional, dan pragmatis untuk hubungan China-AS di masa depan daripada pemerintahan Trump.

Sebut saja Alejandro Mayorkas, yang dipilih Biden untuk memimpin Departemen Keamanan Dalam Negeri, lalu Antony Blinken sebagai menteri luar negeri, Linda Thomas-Greenfield sebagai duta besar AS untuk PBB, dan Jake Sullivan sebagai penasihat keamanan nasional. Wajah-wajah itu sudah lekat dengan China semenjak pemerintahan Obama.

Pilihan kabinet Biden kemungkinan akan mengambil pendekatan yang lebih rasional dan pragmatis terhadap China, mengingat pengalaman masa lalu mereka dalam menangani urusan luar negeri, kata pengamat China.

Walau pemerintahan Biden tidak terlalu menganggap musuh terhadap China, namun para analis memperingatkan bahwa pemerintahan Biden kemungkinan akan tetap menganggap China sebagai pesaing strategisnya.

"Blinken dan Sullivan lebih peduli tentang aliansi daripada tentang kebijakan China, melihat aliansi sebagai prioritas kebijakan luar negeri untuk empat tahun ke depan. Mereka cenderung melihat China sebagai pesaing strategis daripada musuh," kata Da Wei, direktur Pusat Kajian Strategis dan Keamanan Internasional dari Universitas Hubungan Internasional di Beijing.

Li Haidong, profesor di Institute of International Relations di China Foreign Affairs University, menyebut tim Biden berisi sekelompok elit dan sangat dapat diprediksi dalam kebijakan luar negeri dengan pola pikir multilateral yang akan membantu memulihkan kepemimpinan AS.

"Ini tidak seperti pendekatan Trump, yang menggabungkan orang-orang dengan sedikit pengalaman, dan ekstremis yang sangat percaya pada proteksionisme dan nasionalisme," ungkapnya.

Namun, Sun Chenghao, peneliti di Institute of America Studies of the China Institutes of Contemporary International Relations, mencatat bahwa meskipun mereka yang akan bertugas di bawah Biden adalah wajah yang sudah dikenal, itu tidak berarti AS akan kembali ke pendekatan era Obama.

"Waktu telah berubah. Menghadapi warisan diplomatik yang ditinggalkan oleh Trump, wajah-wajah lama kemungkinan akan menyeimbangkan antara 'Trumpisme' dan kembali ke era Obama. 'Anti-China' masih menjadi retorika yang kuat di Kongres AS," kata Sun.

Sun mengatakan bahwa wajah-wajah yang akrab di pemerintahan Biden tidak akan memberantas masalah-masalah inti di China, karena Washington melihat Beijing sebagai pesaing strategis dengan kekuatan kerja sama, terutama pada masalah-masalah sensitif seperti Laut China Selatan, Taiwan, dan hak asasi manusia. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA