Berdasarkan data pengiriman yang dilakukan oleh
Bloomberg dan perusahaan intelijen data Kpler, ada sekitar 5,7 juta ton batubara dan sekitar 1.000 pelaut di atas kapal-kapal yang berlabuh berukuran Capesize dan Panamax tersebut.
Dimuat
The Straits Times, mereka merupakan korban dari perang dagang antara China dan Australia. Di mana total nilai batubara tersebut adalah 500 juta dolar AS.
Data dari
Bloomberg menunjukkan, sebanyak 66 kapal yang memuat batubara Australia ditempatkan di perairan China, sebagian besar di lepas pantai timur laut dekat pelabuhan Jingtang dan Caofeidian.
Kpler mengidentifikasi, 53 kapal telah bertahan di sana selama lebih dari sebulan. Sebanyak 39 di antaranya membawa sekitar 4,1 juta ton batubara.
Biasanya, kapal batubara hanya menunggu tiga hingga lima hari untuk berlabuh dan membongkar muatannya.
Tetapi baru-baru ini, Beijing telah memberlakukan larangan impor untuk batubara dari Australia, dan sejumlah produk lainnya.
Direktur Jenderal Departemen Urusan Ekonomi Internasional Kementerian Luar Negeri China, Wang Xiaolong pada Senin (23/11) mengatakan, pemberlakukan larangan dagang yang dilakukan Beijing ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakatnya dan sesuai dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: