"Hal yang menarik dalam NSP ini, Korea Selatan tidak menempatkan diri sebagai negara
great power yang dominan, tapi Korea Selatan ingin menempatkan Indonesia dan negara-negara yang terlibat dalam NSP ini sebagai
coexistence secara mutual prosperity," ujar Wakil Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Badrus Sholeh dalam sesi diskusi International Webinar bertajuk "ASEAN-Korea Cooperation Upgrade, Focusing on the New Southern Policy" yang diselenggarakan oleh Kantor Berita Politik RMOL pada Kamis (26/11).
Hal tersebut, sambungnya, menyebabkan semua pihak yang terlibat dalam NSP berada di posisi yang seimbang dan setara.
"Karena itulah saya kira, hal tersebut bisa menjamin
sustainibility dalam kebijakan ini," jelas Badrus.
"Hal ini pula lah yang membedakan NSP dengan perjanjian intrnasional lainnya. Misalnya perjajian kita dengan China dan Amerika Serikat terkait dengan ekonomi dan kebijakan luar negeri," tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: