Namun, Lukashenko tidak memberikan jadwal jelas kapan keputusan itu akan diambilnya. Komentar itu muncul saat dirinya berkunjung ke rumah sakit Minsk yang merawat pasien virus corona, di mana Lukashenko mengenakan alat pelindung, tetapi tidak memakai sarung tangan.
Itu adalah upaya terbarunya untuk menenangkan pengunjuk rasa yang berkumpul hampir setiap akhir pekan sejak pemilihan presiden 9 Agustus yang disengketakan.
Pernyataan Lukashenko juga muncul setelah pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Lavrov mendesak agar presiden Belarusia yang berkuasa selama 26 tahun itu mempertimbangkan konstitusi baru pada Kamis (26/11).
Pendukung pemimpin oposisi Belarus yang saat ini berada di Lithuania setelah kabur dari Belarusia, Sviatlana Tsikhanouskaya, secara terbuka mendesak jaksa penuntut Eropa untuk menyelidiki tuduhan penyiksaan di negara mereka pada Jumat (27/11).
“Ini mengerikan di Belarus, dan saya pikir hal serupa tidak terjadi di mana pun di Eropa. Kami membutuhkan bantuan dari luar,†kata pendukung Maksim Kharoshyn itu kepada wartawan, merujuk pada ribuan orang yang ditahan dan dipukuli, seperti dikutip dari DW, Sabtu (28/11).
Penasihat Tsikhanouskaya, Alexander Dobrovolski mengatakan - selain dari petisi yang diajukan kepada jaksa Lithuania - permintaan serupa telah dikirim ke jaksa penuntut di Polandia, Jerman , Belgia dan Belanda.
Beberapa terduga korban pemukulan polisi Belarusia sekarang tinggal di negara-negara ini.
Rezim Lukashenko sendiri membantah telah menyiksa tahanan dan mengklaim pengunjuk rasa didukung oleh kekuatan asing. Uni Eropa telah lama mengutuk apa yang digambarkannya sebagai tindakan keras polisi terhadap pengunjuk rasa sementara menolak untuk mengakui Lukashenko sebagai presiden terpilih.
Tsikhanouskaya, yang mengatakan dia menang pada bulan Agustus dan sekarang tinggal di Vilnius, absen saat konferensi pers hari Jumat.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: