Berbicara dalam saluran televisi pada Minggu (29/11), Birmingham membahas pemberlakukan tarif impor anggur Australia oleh China hingga 212 persen dan sejumlah pembatasan dagang lainnya.
"Kami melihat China jauh lebih agresif... Tindakan semacam ini tidak hanya merugikan bisnis Australia, tetapi juga merugikan rekan-rekan China mereka," kata Birmingham, seperti dikutip
Bloomberg.
"Mereka merusak kepercayaan ekonomi global, dan itu tidak baik untuk pemulihan dunia dari Covid," tegas dia.
Ketegangan antara China dan Australia sudah dimulai ketika Canberra melarang raksasa teknologi Huawei membangun jaringan 5G pada 2018.
Di tengah hubungan yang meregang, Australia mendesak diadakannya penyelidikan internasional terkait asal usul virus corona yang membuat tersinggung China.
Beijing akhirnya memberlakukan serangkaian pembatasan dagang untuk sejumlah produk ekspor utama Australia, termasuk batu bara hingga barley.
China sendiri adalah mitra dagang terbesar Australia. Sebagai pembeli anggur Australia terbesar, China telah memberlakukan tarif impor sebesar 107,1 hingga 212,1 persen untuk produk itu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: