Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Analis Iran Kompori Pemerintah Agar Serang Kota Haifa Di Israel Untuk Balas Dendam Kematian Sang Ilmuwan Nuklir

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 30 November 2020, 06:42 WIB
Analis Iran Kompori Pemerintah Agar Serang Kota Haifa Di Israel Untuk Balas Dendam Kematian Sang Ilmuwan Nuklir
Orang-orang berdoa di atas peti mati Mohsen Fakhrizadeh/Net
rmol news logo Sebuah tulisan bernada provokatif muncul di media Iran yang terkenal keras, pada Minggu (29/11). Tulisan itu dibuat oleh analis Iran, Sadollah Zarei, yang isinya mendesak pemerintah Iran agar menyerang kota pelabuhan Haifa di Israel, jika Israel terbukti berada di balik serangan pembunuhan ilmuwan Mohsen Fakhrizadeh.

Bara yang sudah lama menyala antara Iran dan seteru lamanya, Israel, kembali memanas pasca kematian ilmuwan nuklir militer Republik Islam pada awal 2000-an itu. Mohsen Fakhrizadeh  dibunuh pada Jumat (27/11) lalu lewat serangan tembakan. Para petinggi Iran mengancam akan membalas dendam kepada Israel, meningkatkan momok ketegangan baru yang dapat melanda kawasan itu, termasuk pasukan AS yang ditempatkan di Teluk Persia dan sekitarnya.

Zarei dalam opininya yang ditayangkan di surat kabar 'Kayhan'  itu menyarankan Iran perlu melakukan serangan apa pun (kepada israel) dengan cara menghancurkan fasilitas dan juga menyebabkan banyak korban jiwa.

Tanggapan Iran sebelumnya terhadap dugaan serangan udara Israel yang menewaskan pasukan Pengawal Revolusi di Suriah tidak cukup hanya sampai di situ saja. Menurut Zarei, Iran sudah selayaknya melakukan serangan terhadap Haifa, dan serangan itu harus lebih besar dari serangan rudal balistik Iran terhadap pasukan Amerika di Irak, ketika pesawat tak berawak AS di Baghdad menyerang dan menewaskan Qasem Soleimani, seorang jenderal top Iran pada Januari lalu.

“Menyerang Kota Haifa Israel dan membunuh sejumlah besar orang, kemungkinan besar akan  mengarah pada pencegahan, karena Amerika Serikat dan rezim Israel dan agennya sama sekali tidak siap untuk mengambil bagian dalam perang dan konfrontasi militer,” tulis Zarei, seperti dikutip dari AP, Minggu (29/11).

Meskipun Kayhan adalah surat kabar dengan sirkulasi kecil di Iran, pemimpin redaksinya adalah Hossein Shariatmadari yang ditunjuk oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Shariatmadari digambarkan sebagai penasihat Khamenei di masa lalu.

Haifa, di Laut Mediterania, telah mendapat ancaman Iran di masa lalu, dan salah satu proksinya, kelompok militan Lebanon, Hizbullah.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah baru-baru ini menyarankan untuk menyerang gudang amonium nitrat Haifa, pupuk yang sangat mudah meledak yang memicu ledakan mematikan di pelabuhan Beirut pada Agustus yang menewaskan 193 orang dan melukai 6.500 lainnya.

Serangan seperti itu kemungkinan besar akan menarik pembalasan langsung Israel dan memicu konflik yang lebih luas di Timur Tengah.

Meskipun Iran tidak pernah secara langsung menargetkan kota Israel secara militer, di masa lalu Iran telah melakukan serangan yang menargetkan kepentingan Israel di luar negeri atas pembunuhan para ilmuwannya, seperti dalam kasus tiga orang Iran yang baru-baru ini dibebaskan di Thailand sebagai imbalan atas penahanan akademisi Inggris-Australia Kylie Moore-Gilbert.

Sampai saat ini, Israel -yang dicurigai menjadi dalang pembunuhan sejumlah ilmuwan nuklir Iran selama dekade terakhir- belum memberikan komentarnya atas pembunuhan ilmuwan nuklir Iran.

Parlemen Iran pada hari Minggu (29/11) mengadakan sidang tertutup tentang pembunuhan Fakhrizadeh. Setelah itu, ketua parlemen Mohammad Baqer Ghalibaf mengatakan musuh Iran harus dibuat menyesal telah membunuhnya.

“Musuh kriminal tidak menyesal kecuali dengan reaksi yang keras,” katanya dalam siaran di radio pemerintah Iran.

Sesi publik anggota parlemen melihat mereka meneriakkan: “Matilah Amerika! Dan Matilah Israel!”

Amos Yadlin, mantan kepala intelijen militer Israel mengatakan, pembunuhan Fakhrizadeh kemungkinan memperumit rencana Presiden terpilih Joe Biden, yang mengatakan pemerintahannya akan mempertimbangkan untuk memasukkan kembali kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia. Itu juga meningkatkan risiko konflik terbuka di minggu-minggu terakhir Presiden Donald Trump menjabat, karena pembalasan apa pun dapat memicu respons militer Amerika.

“Saya sangat merekomendasikan kepada para pejabat untuk tutup mulut dan tidak membocorkan apa pun. Mereka sudah terlalu banyak berbicara,” katanya, merujuk pada pernyataan samar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada para pendukungnya bahwa dia tidak dapat mendiskusikan semua yang dia lakukan minggu lalu.

"Bukti lain yang akan membantu Iran untuk memutuskan pembalasan terhadap Israel adalah sebuah kesalahan," kata direktur Institut Studi Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv itu.

Badan intelijen AS dan inspektur nuklir PBB mengatakan program nuklir militer terorganisir yang diawasi Fakhrizadeh dibubarkan pada tahun 2003, tetapi kecurigaan Israel terhadap program atom Teheran dan keterlibatannya tidak pernah berhenti. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA