Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pertikaian Terbaru Canberra-Beijing Dikhawatirkan Berdampak Pada Keamanan Warga Keturunan China Di Australia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 01 Desember 2020, 08:43 WIB
Pertikaian Terbaru Canberra-Beijing Dikhawatirkan Berdampak Pada Keamanan Warga Keturunan China Di Australia
Postingan Zhao Lijian yang membuat Australia marah/Net
rmol news logo Pertengkaran terbaru Australia dan China tentang unggahan gambar satir memicu kekhawatiran bahwa orang-orang Tionghoa yang ada di Australia ikut terjebak dalam pertikaian.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Sebuah tweet yang diunggah oleh Juru Bicara China Zhao Lijian menimbulkan kekhawatiran dari politisi Australia yang tentang dampaknya di tengah hubungan yang sangat tegang antara Beijing dan Canberra.

Zhao men-tweet ilustrasi satir yang menampilkan foto seorang tentara Australia membunuh seorang anak dalam pangkuan.

“Terkejut dengan pembunuhan warga sipil & tahanan Afghanistan oleh tentara Australia. Kami sangat mengutuk tindakan seperti itu, & menyerukan agar mereka bertanggung jawab,” cuit Zhao.

Kebuntuan diplomatik telah memicu kekhawatiran bahwa warga China-Australia (Warga Australia keturunan China) dapat menjadi sasaran yang tidak adil karena insiden tersebut.

Menteri Imigrasi Alan Tudge melakukan pembicaraan lewat sambungan telepon darurat dengan para pemimpin komunitas China di Australia, Senin (30/11) malam. Tudge meyakinkan mereka bahwa mereka mendapat dukungan dari pemerintah Australia.

Pada Selasa (1/12) pagi, Tudge mengatakan kepada wartawan bahwa tweet tersebut hanya mewakili pandangan Partai Komunis China, bukan 1,2 juta warga Australia keturunan China.

"Adalah salah untuk mengasosiasikan pandangan Partai Komunis China dengan siapa pun yang merupakan warga negara Australia (keturunan China)," katanya.

“Sama sekali tidak ada alasan untuk tweet ini, sama sekali tidak ada. Itu sangat ofensif. Sangat ofensif terhadap Pasukan Pertahanan kami dan memang sangat ofensif bagi semua warga Australia," ujar Tudge tegas, seperti dikutip dari SBS.

Postingan tersebut tampaknya terkait dengan Laporan Brereton atas dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara pasukan khusus Australia di Afghanistan, yang dirilis awal bulan ini.

Perdana Menteri Scott Morrison pada Senin sore mengatakan 'foto palsu' itu membuatnya muak sambil mendesak China untuk meminta maaf.

Juru bicara kementerian luar negeri Hua Chunying pada Senin malam menyarankan pemerintah Australia seharusnya merenung, bukan menyalahkan China.

"Pihak Australia bereaksi sangat keras terhadap Twitter rekan saya. Apakah itu berarti mereka berpikir pembunuhan berdarah dingin terhadap warga sipil yang tidak bersalah dibenarkan, sementara kecaman orang lain atas kejahatan semacam itu tidak dibenarkan?" kata Hua. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.