Hal itu disampaikannya dalam pengarahan virtual kepada Asosiasi Koresponden PBB pada hari Senin (30/11) waktu setempat.
“Untuk mengatasi pandemi ini, kita juga harus mengalahkan pandemi ketidakpercayaan yang parallel,†katanya, seperti dikutip dari
AP, Selasa (1/11).
Dia mengatakan bahwa selama ini ada keraguan yang berkembang di masyarakat tentang vaksin secara umum di seluruh dunia. Khusus vaksin virus corona, dia menunjuk pada studi yang baru-baru ini dilakukan oleh Universitas Johns Hopkins di 67 negara, yang menemukan adanya penurunan yang signifikan dalam penerimaan mereka terhadap vaksin di sebagian besar negara. Survei tersebut dilakukan dari Juli hingga Oktober tahun ini.
Di seperempat negara, kata Rocca, studi tersebut menemukan bahwa tingkat penerimaan vaksin melawan virus corona hampir atau berada di bawah 50 persen. Di Jepang misalnya, tingkat penerimaan masyarakat terhadap vaksin turun dari 70 persen menjadi 50 persen. Penerimaan Prancis juga turun dari 51 persen menjadi 38 persen.
Dia menekankan bahwa kurangnya kepercayaan bukanlah fenomena Barat, mengutip penelitian federasi dalam beberapa bulan terakhir di delapan negara Afrika - Kongo, Kamerun, Gabon, Zimbabwe, Sierra Leone, Rwanda, Lesotho dan Kenya - yang menunjukkan penurunan yang stabil dalam persepsi risiko infeksi Covid-19.
“Di beberapa negara Afrika, kami telah melihat skeptisisme umum terhadap vaksin secara umum, dengan kepercayaan umum bahwa orang asing menggunakan Afrika sebagai ‘tempat pengujian’ medis,†ungkapnya.
Anehnya, kata Rocca, beberapa kelompok yang biasanya rentan dan terpinggirkan bahkan tidak menyadari pandemi tersebut, merujuk pada survei federasi di Pakistan yang menemukan 10 persen responden tidak tahu tentang Covid-19.
Menurut perhitungan dari worldometers.info, kasus Covid-19 di seluruh dunia hingga Selasa (1/12) telah mencapai 63.566.447 kasus, dengan 1.473.383 pasien meninggal.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.