Presiden Alexandr Lukashenko menyoroti adanya gangguan eksternal yang menjadi alasan memburuknya situasi di Belarusia.
Berbicara dalam rapat virtual Dewan Keamanan Kolektif (CSTO) yang diadakan pada Rabu (2/12), ia menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi itu. Ia menyambut baik diadakannya pertemuan tersebut, berharap pertemuan ini bisa segera disusul dengan pertemuan tatap muka langsung.
"Revolusi warna yang telah terjadi di sejumlah negara bukanlah revolusi warna yang sebenarnya. Kita bisa melihatnya pada contoh Belarusia,†kata Lukashenko, seperti dikutip dari
Belta, Rabu (2/12).
Ia menggarisbawahi bahwa campur tangan dari luar telah menjadi alasan meningkatnya situasi di Belarusia, dan bahwa revolusi bisa terjadi ketika ada alasan untuk revolusi.
"Ketika massa tidak menginginkan apa pun dan ketika para pemimpin tidak dapat berbuat apa-apa dan seterusnya, kita tidak memiliki revolusioner. Semua yang disebut revolusioner ingin hidup dengan baik dan, lebih disukai," kata Lukashenko.
Lukashenka menambahkan bahwa NATO sedang membuat kelompok militer untuk merebut tanah Belarusia barat. Selain itu, dia mengingat rencana lama negara-negara Barat untuk membuat sabuk sanitasi antara UE dan Rusia.
“Katakan padaku, bagaimana kita harus menanggapi itu,†katanya, meminta saran.
Lukashenko yakin bahwa negara-negara CSTO harus bergabung dalam upaya melawan ancaman eksternal dengan menggunakan pengalaman Belarusia.
Ia juga mengingatkan, bahwa fondasi persatuan bisa dibentuk lewat kerja sama ekonomi.
“Jika kami bekerja sama dalam ekonomi, dan itu adalah tujuan kami di Uni Ekonomi Eurasia, kami akan bertahan. Jika tidak, mereka akan menelan kami,†katanya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: