Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

AS Tuding Produksi Kapas Asal Xinjiang Gunakan Tenaga Kerja Paksa Muslim Uighur, Jubir China: Amerika Ngarang!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 03 Desember 2020, 16:25 WIB
AS Tuding Produksi Kapas Asal Xinjiang Gunakan Tenaga Kerja Paksa Muslim Uighur, Jubir China: Amerika Ngarang!
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chuying/Net
rmol news logo Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chuying buka suara terkait larangan impor yang dilakukan oleh pemerintah AS terhadap kapas. Larangan itu diluncurkan karena diduga salah satu produsenya ada di Xinjiang dan menggunakan kerja paksa Muslim Uighur yang ditahan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Hua mengatakan bahwa politisi AS telah mengarang cerita tentang hal tersebut, seraya mengatakan bahwa apa yang dilakukan AS telah merusak prinsip-prinsip pasar dan berindikasi merampas sumber penghasilan orang.

Reuters menulis, Badan Perlindungan Cukai dan Perbatasan AS (CBP) pada Rabu (2/12) menyebut bahwa ‘penahanan perizinan’ akan melarang impor kapas dan produk kapas yang diproduksi oleh Korps Produksi dan Konstruksi Xinjiang (XPCC), salah satu produsen terbesar China.

September lalu CBP sempat mempertimbangkan larangan impor yang lebih luas lagi terhadap semua produk kapas dan tomat dari Xinjiang. Namun, setelah terjadi selisih pendapat dengan pemerintah, CBP memutuskan larangan yang lebih spesifik, termasuk dua produsen kecil kapas dan pakaian.

Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kenneth Cuccinelli, yang menjadi pengawas CBP, mengatakan kepada media bahwa larangan impor kapas dari Xinjiang masih dikaji. Ia menyebut produk dengan label ‘Buatan China’ sebagai suatu peringatan.

“Produk kapas murah yang Anda beli untuk keluarga dan kawan pada masa saling memberi ini, jika berasal dari China, mungkin dibuat oleh tenaga kerja budak dalam pelanggaran hak asasi manusia paling mengerikan yang masih terjadi di dunia modern saat ini,” kata Cuccinelli.

Tindakan keras terbaru pemerintahan Donald Trump kali ini diprediksi akan semakin mempersulit Presiden AS mendatang, Joe Biden untuk meredakan tensi ketegangan antara Bejing-Washington. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA