Maka, adanya pandemi, ketika durasi orang dari depan smartphone atau laptop lebih panjang dari sebelumnya maka keterpaparan propaganda atau narasi-narasi yang dilahirkan oleh kelompok teroris radikal itu pasti akan semakin mendalam, semakin kuat.
Demikian yang diungkapkan oleh Amin Mudzakkir, Peneliti LIPI, dalam acara diskusi virtual yang diselenggarakan oleh
Kantor Berita Politik RMOL pada Senin (7/12).
Ia mengatakan, momen pandemi ini digunakan beberapa sumber ISIS untuk melebarkan gerakannya. Isu-isu yang disiarkan mulanya ringan-ringan dan masiv. Seperti misalnya bahwa virus corona dibuat oleh China sebagai negara komunis.
"Ada satu media mingguan yang terbit dalam bahasa Arab, menggunakan momen Covid-19 sebagai sarana propaganda. Mereka misalkan mempropagandakan bahwa Covid atau pandemik ini adalah azab Allah kepada orang-orang kafir, secara eksplisit mereka menyebut China, sebagai negara pertama yang terkena pandemi. Mereka menyebut ini azab Allah karena telah melakukan kezhaliman terhadap Muslim Uighur," ujar Amin.
Ada juga narasi bahwa Covid ini adalah azab untuk pemerintah atau negara, atau masyarakat bahkan yang selama ini tidak sesuai dengan pandangan mereka.
Pandemi membuat kontrol negara terhadap isu teroris juga disadari agak mengendur karena semua lebih fokus menangani wabah.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: