Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Maduro Berharap Komunikasi Venezuela-AS Terbuka Di Bawah Kepemimpinan Joe Biden

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 09 Desember 2020, 07:40 WIB
Maduro Berharap Komunikasi Venezuela-AS Terbuka Di Bawah Kepemimpinan Joe Biden
Presiden Venezuela Nicolas Maduro/Net
rmol news logo Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengungkapkan harapannya untuk membuka kembali saluran komunikasi dan dialog dengan pemerintahan Presiden Terpilih AS Joe Biden. Harapan itu muncul setelah bertahun-tahun terjadi ketegangan antara negaranya dengan Gedung Putih selama pemerintahan Trump.

Keinginan untuk membuka kembali kran komunikasi yang selama ini tertutup disampaikan Maduro dalam sebuah konferensi pers di Caracas pada Selasa (8/12) waktu setempat.

“Kami berkeinginan dan akan selalu bersedia menjalin hubungan, dengan komunikasi dan dialog, dan rasa hormat, dengan pemerintah Amerika Serikat,” kata Maduro, seperti dikutip dari AFP, Rabu (9/12).

“Semua berharap pemerintahan baru Joe Biden segera dilantik. Semoga mereka punya waktu untuk berpikir, dan semoga saluran komunikasi dan dialog antara Venezuela dan Amerika Serikat terbuka,” lanjutnya.

Maduro memutuskan hubungan diplomatik dengan Washington pada Januari 2019, setelah pemerintahan Presiden Donald Trump -bersama dengan sekitar 60 negara lain- mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden Venezuela.

Sejak saat itu AS juga terus menargetkan berbagai sanksi terhadap Venezuela dengan tujuan agar Maduro lengser.

“Kebijakan Donald Trump di Venezuela gagal secara spektakuler,” kata Maduro, yang memegang kekuasaan penuh dalam jajak pendapat legislatif akhir pekan, yang diboikot oleh oposisi dan dikecam oleh kekuatan internasional.

AS menolak pemungutan suara itu sebagai ‘lelucon’ dan mengatakan akan terus mengakui pemimpn oposisi Juan Guaido sebagai presiden sah negara itu.

Maduro mengatakan kepada koresponden asing bahwa alasannya tiba-tiba mengalihkan tempat pemungutan suara ke pangkalan militer utama di Caracas pada hari Minggu (6/12) setelah diberitahu tentang rencana untuk membunuhnya.

“Kami menerima informasi dari sumber intelijen Kolombia yang sangat andal, bahwa mereka sedang mempersiapkan serangan untuk membunuh saya pada hari pemilihan,” kata pemimpin Venezuela itu, yang kerap mengecam adanya dugaan komplotan AS atau Kolombia yang ingin membunuhnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA