Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

2020 Manusia Mendominasi Bumi, Pakar Israel: Kita Itu Kecil, Tapi Dampak Yang Ditimbulkan Kepada Alam Sangat Dahsyat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 10 Desember 2020, 11:54 WIB
2020 Manusia Mendominasi Bumi, Pakar Israel: Kita Itu Kecil, Tapi Dampak Yang Ditimbulkan Kepada Alam Sangat Dahsyat
Ilustrasi/Net
rmol news logo Planet Bumi telah didominasi oleh umat manusia. Sebuah penelitian Tahun 2020 menyebutkan bahwa saat ini umat ​​manusia telah mencapai tonggak sejarah baru dalam dominasinya atas Bumi, di mana objek buatan manusia lebih besar daripada semua makhluk hidup.

Ilmuwan di Institut Sains Weizmann Israel dalam penelitiannya menemukan bahwa massa total bahan buatan manusia, seperti beton, baja, dan aspal, telah meningkat pesat sejak tahun 1900, ketika massa itu setara dengan hanya 3 persen dari massa biomassa hidup, seperti tumbuhan , hewan dan mikroorganisme.

Karena manusia telah membangun lebih banyak bangunan, jalan, struktur, dan objek selama 120 tahun terakhir, massa bahan yang diproduksi manusia tumbuh dari 0,1 teraton menjadi sekitar 1 teraton (1 triliun ton), tulis Juernal Nature dalam laporan penelitiannya, seperti dikutip dari Time of Israel, Rabu (9/12).

“Saat ini, kita berada pada titik dalam sejarah ketika dampak manusia di bumi begitu dominan sehingga lebih berat daripada biomassa hidup,” ujar Prof Ron Milo, ahli biologi sistem, yang memimpin penelitian pada jurnal tersebut.

Manusia terus mengurangi jumlah biomassa tumbuhan di Bumi melalui penggunaan lahan selama ribuan tahun, seperti menebang pohon untuk bercocok tanam dan memelihara ternak.

Saat ini, menurut penelitian tersebut, semua tanaman hidup di Bumi memiliki berat sekitar 1 teratonne, setengah dari apa yang mereka lakukan ketika revolusi pertanian dimulai 12.000 tahun yang lalu. Tanaman menyumbang 90 persen dari biomassa hidup di bumi, menurut penelitian.

Untuk menghasilkan perkiraan mereka, para ilmuwan di Institut Sains Weizmann Israel mengintegrasikan sejumlah besar kumpulan data yang ada.

Untuk sisi penghitungan biomassa, mereka menggunakan data dari studi tahun 2018 , di mana beberapa peneliti yang sama mengumpulkan data untuk menemukan massa semua makhluk hidup di Bumi dan bagaimana distribusinya.

Studi tersebut menemukan bahwa manusia sendiri merupakan kurang dari 0,01 persen dari biomassa kehidupan dunia.

Untuk memperkirakan berat bahan buatan manusia, mereka sangat bergantung pada karya Institut Ekologi Sosial Wina dan Universitas Sumber Daya Alam dan Ilmu Hayati yang selama bertahun-tahun telah mengumpulkan data dari biro statistik nasional, kelompok industri, dan penelitian lain di lapangan.

Ron Milo mengatakan, ada keyakinan 95 persen bahwa "titik kritis" di mana bahan buatan manusia melebihi biomassa hidup itu terjadi dalam enam tahun sebelum atau sesudah 2020. Namun, tahun ini adalah prakiran yang paling mungkin.

Tidak ada tanda-tanda bahwa manusia memperlambat perluasan jejaknya di planet ini, kata penelitian tersebut. Tingkat di mana bahan-bahan baru buatan manusia diciptakan mulai meningkat pada tahun 1950-an, seiring ledakan konstruksi pasca-perang.

Sejak saat itu, produksi semakin cepat, dengan massa bahan buatan manusia di bumi berlipat ganda setiap 20 tahun selama satu abad terakhir.

Selama lima tahun terakhir, manusia telah menghasilkan rata-rata 30 gigaton (30 miliar ton) materi setiap tahun.

Rio Milo mengatakan temuan ini adalah bukti lebih lanjut bahwa kita hidup melalui era geologis baru di mana aktivitas manusia adalah kekuatan dominan yang membentuk iklim dan lingkungan bumi, yang oleh para ilmuwan dijuluki Antroposen.

“Beberapa orang berpikir bahwa umat manusia hanyalah satu dari banyak spesies. Kita memang sangat kecil, sementara dunia ini begitu besar. Tapi dampak yang ditimbulkan manusia tidak kecil," kata Milo.

Dia berharap studi tersebut — yang diterbitkan pada saat pemerintah, bisnis, dan komunitas di seluruh dunia mengevaluasi kembali kontribusi mereka terhadap masalah lingkungan — akan menjadi panggilan untuk saling mengingatkan.

“Bukan berarti kita harus berhenti membuat sesuatu, tapi kita perlu menyadari dampak yang kita alami dan memikirkan bagaimana kita mengonsumsi sumber daya alam," katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA