Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penelitian AS: Konflik Di Laut China Selatan Bisa Memukul Ekonomi Negara-negara Asia Pasifik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 10 Desember 2020, 12:59 WIB
Penelitian AS: Konflik Di Laut China Selatan Bisa Memukul Ekonomi Negara-negara Asia Pasifik
Laut China Selatan/Net
rmol news logo Dampak ekonomi dari konflik di Laut China Selatan akan mempengaruhi negara-negara di Asia Pasifik, bukan hanya mereka yang terlibat konflik.

Sebagai jalur perdagangan global, Laut China Selatan adalah wilayah yang sangat penting bukan hanya untuk negara-negara di Asia, tapi juga Eropa dan Afrika. Setidaknya sepertiga dari pengiriman global senilai 4,8 triliun berada di sana.

Dengan begitu, Biro Riset Ekonomi Nasional Amerika Serikat (AS) meneliti, gangguan yang terjadi di Laut China Selatan bisa mempengaruhi ekonomi global.

Sengketa Laut China Selatan terjadi di antara China, Filipina, Vietna, Brunei, Taiwan, dan Malaysia.

China sendiri mengklaim hampir 90 wilayah tersebut. Beijing bahkan mulai membangun pulau-pulau buatan sejak 2014 yang dikecam oleh komunitas internasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Biro Riset Ekonomi Nasional AS sendiri memodelkan penutupan Selat Malaka antara Malaysia dan Indonesia, serta jalur timur-barat antara Samudra Pasifik dan Hindia melalui Laut China Selatan.

Para peneliti mengatakan, tidak mudah untuk mengubah rute pengiriman melalui Selat Torres ke utara Australia karena terumbu karang dan perairan dangkal yang membuatnya berbahaya bagi kapal kontainer besar.

Dengan begitu, jika terjadi gangguan di Laut China Selatan, maka perdagangan Australia akan berdampak dan ekonominya akan turun antara 1,9 persen hingga 3,1 persen.

Bukan hanya Australia, Korea Selatan dan Jepang juga akan mengalami penurunan yang serupa, seperti dimuat 9News, Kamis (10/12).

Ekonomi Taiwan misalnya, diperkirakan akan menyusut sepertiga, sementara ekonomi Singapura akan turun 22 persen.

Hong Kong, Vietnam, Filipina, dan Malaysia akan mengalami penurunan antara 10 persen dan 15 persen.

Tetapi ekonomi China hanya akan menghadapi penurunan 0,7 persen karena memiliki pasar domestik yang besar dan pelabuhan di luar wilayah konflik. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA