Pria 77 tahun itu telah memimpin negara Afrika tengah, yang juga disebut Kongo-Brazzaville selama total 36 tahun sejak ia pertama kali menjadi presiden pada 1979.
Usahanya untuk mencalonkan diri kembali muncul setelah dinominasikan oleh 17 partai koalisi pendukung pemerintah.
“Mayoritas pendukung presiden percaya bahwa dari semua pemimpinnya, hanya Presiden Sassou Nguesso yang memegang semua kartu truf,†kata Pierre Moussa, ketua partai dalam koalisi, seperti dikutip dari
Africa News, Jumat (11/12).
Sassou Nguesso sendiri belum secara resmi mengumumkan pencalonannya tersebut, namun diperkirakan dia akan melakukannya saat berpidato di hadapan publik pada 19 Desember mendatang, saat mengumumkan tanggal pemungutan suara yang dijadwalkan pada Maret 2021.
Negara itu menggelar referendum pada 2015 untuk menghapus batas usia 70 tahun dan larangan presiden menjabat lebih dari dua masa jabatan. Langkah tersebut membuka jalan bagi Sassou Nguesso untuk mengamankan masa jabatan ketiga dalam pemilihan pada Maret 2016, yang memicu pertumpahan darah.
Saingannya, mantan jenderal Jean-Marie Michel Mokoko dan mantan menteri Andre Okombi Salissa, membantah hasil referendum tersebut.
Mereka kemudian ditangkap, diadili, dan masing-masing dijatuhi hukuman 20 tahun penjara atas tuduhan merusak keamanan negara yang kaya minyak, tapi miskin itu.
Negara itu berada dalam cengkeraman krisis ekonomi yang parah, yang dipicu oleh penurunan harga minyak dan diperburuk pula oleh hutang yang berkepanjangan dan dampak pandemi virus corona.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: