Kantor Perdana Menteri Abiy Ahmed pada Jumat (11/12) menjelaskan, pasukan militer federal tidak menghambat bantuan kemanusian, melainkan menstabilkan wilayah tersebut.
"Pernyataan bahwa bantuan kemanusiaan terhambat karena pertempuran militer aktif di wilayah Tigray adalah tidak benar dan merusak. (Militer) bekerja untuk menstabilkan wilayah tersebut," demikian bunyi pernyataan yang dikutip
Reuters itu.
Laporan yang menyebut bantuan kemanusiaan di wilayah Tigray terhambat muncul dari beberapa organisasi internasional.
Bahkan Komite Penyelamatan Internasional (IRC) dan Dewan Pengungsi Denmark (DRC) menyebut beberapa staf mereka terbunuh dalam pertempuran di Tigray.
IRC mengatakan seorang anggota stafnya tewas di sebuah kamp pengungsi di Shire. Mengingat komunikasi di Tigray sangat sulit, mereka belum mengumpulkan atau mengkonfirmasi rincian seputar kematian tersebut.
Sementara itu, DRC mengatakan tiga stafnya tewas di Tigray bulan lalu. Seperti halnya IRC, mereka mengatakan bahwa kurangnya komunikasi dan rasa tidak aman membuat mereka masih belum berhasil menghubungi keluarga mereka dengan berita tersebut.
Konflik di Tigray pecah pada bulan lalu antara pasukan federal Ethiopia dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF). Sejak dimulai pada 4 November, konflik itu dipercaya telah menewaskan ribuan orang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, 950 ribu orang melarikan diri akibat konflik, sekitar 50 ribu di antaranya ke Sudan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: