Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Konflik Nagorno-Karabakh Menyadarkan China Akan Pentingnya Peran Drone

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Minggu, 13 Desember 2020, 12:56 WIB
Konflik Nagorno-Karabakh Menyadarkan China Akan Pentingnya Peran Drone
Drone Bayraktar TB2/Net
rmol news logo Konflik Nagorno-Karabakh beberapa waktu lalu telah dianggap sebagai kemenangan bagi Azerbaijan dan kekalahan bagi Armenia.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh perusahaan pemasok senjata Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), Naval and Merchant Ships, konflik Nagorno-Karabakh sendiri menjadi pelajaran penting bagi China.

Artikel yang dikutip oleh South China Morning Post pada Minggu (13/12) itu menyebut, konflik Nagorno-Karabakh atau konflik Armenia-Azerbaijan 2020 merupakan konflik pertama di mana pesawat nirawak berhasil membalikan keadaan.

Berbeda dengan pertempuran di masa lalu, perang abad ke-21 membutuhkan strategi yang cermat. Alhasil, meskipun Armenia memiliki kekuatan yang lebih unggul, tetapi Azerbaijan berhasil menguasainya.

"Sebuah pelajaran yang mengkhawatirkan dari konflik Armenia-Azerbaijan atas wilayah sengketa Nagorno-Karabakh adalah transformasi medan peran drone, menunjukkan bahwa China membutuhkan strategi balasan yang dipertimbangkan dengan cermat," tulis artikel tersebut.

Artikel itu menjelaskan bahwa dalam konflik Nagorno-Karabakh, Armenia lebih unggul dalam hal kekuatan darat konvensional, seperti tanker, radar, dan kendaraan lapis baja.

Tetapi di sisi lain, tentara Armenia adalah mangsa empuk bagi drone bersenjata, terutama drone Bayraktar TB2 buatan Turki yang melakukan serangan tepat terhadap target di parit dan kendaraan bergerak.

Selain itu, drone juga digunakan untuk operasi pengintaian, membantu Azerbaijan menyudutkan pasukan Armenia hingga menyerah setelah enam pekan berkonflik.

"Dalam kasus konflik Nagorno-Karabakh, 'perisai' untuk melawan drone tidak digunakan secara efektif," tulis artikel Naval and Merchant Ships.

"Meskipun masing-masing pihak menghantam sejumlah besar drone musuh, tidak ada yang memiliki kemampuan untuk menghentikan drone yang masuk agar tidak menimbulkan kerusakan," tambah artikel itu.

Terkait hal ini, artikel itu menyebut China memiliki sejumlah besar drone dengan berbagai jenis yang dapat menghadapi ancaman drone musuh yang canggih.

"Dibandingkan dengan drone yang kami lihat dalam konflik Nagorno-Karabakh, ancaman drone yang dihadapi kami adalah yang lebih maju secara teknologi, lebih sulit untuk dideteksi dan dipertahankan," lanjut artikel tersebut.

Naval and Merchant Ships kemudian menyarankan PLA untuk meningkatkan kesadaran mereka mengenai ancaman drone dan memasukkannya ke dalam pelatihan strategi.

Lebih lanjut, PLA juga harus membangun jaringan deteksi multilayer dengan radar anti-drone, radar kompensasi buta, stasiun deteksi radio, dan pengukuran inframerah atau akustik lainnya untuk memantau drone yang masuk secara mulus di beberapa lokasi dalam jangkauan yang luas. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA