Kepala program akademik di Kementerian Pendidikan Maroko, Fouad Chafiqi, mengatakan bahwa langkah itu bertujuan untuk menyoroti identitas Maroko yang beragam.
“Meskipun ada kehadiran orang Yahudi di Maroko sebelum abad ke-18, satu-satunya catatan sejarah yang dapat dipercaya berasal dari masa itu,†kata Chafiqi, seperti dikutip dari
AFP, Senin (14/12).
Chafiqi juga mengatakan keputusan itu dibuat sebagai bagian dari pembenahan kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung di Maroko, yang dimulai pada tahun 2014.
“Ini adalah yang pertama di dunia Arab,†kata Serge Berdugo, sekretaris jenderal Dewan Komunitas Yahudi Maroko kepada AFP, seperti dikutip dari
Memo, senin (14/12).
Langkah untuk menambahkan sejarah dan budaya Yahudi ke dalam pelajaran itu diam-diam diluncurkan sebelum kesepakatan normalisasi antara Israel dan Maroko yang ditengahi Presiden AS Donald Trump pekan lalu.
Sebagai bagian dari rencana tersebut, dua buku baru akan diperkenalkan ke dalam kurikulum, yang akan memuat deskripsi tentang kehidupan dan warisan Yahudi Maroko di bawah Sultan Mohammed Ben Abdellah Al-Khatib, keturunan dinasti Alawit.
Buku-buku tersebut, ditujukan untuk kelas empat dan enam, termasuk catatan sejarah yang berasal dari abad ke-17 hingga hari ini.
Dikutip dari AFP, komunitas Yahudi telah hadir di Maroko sejak jaman dahulu dan berkembang selama berabad-abad, terutama dengan kedatangan orang-orang Yahudi yang diusir dari Spanyol oleh raja-raja Katolik setelah 1492. Pada akhir 1940-an, orang Yahudi Maroko berjumlah sekitar 250 ribu- sekitar 10 persen dari populasi saat itu.
Setelah pembentukan negara Israel pada tahun 1948, banyak yang meninggalkan Maroko dan bermigrasi kembali ke Israel. Sekarang komunitas Yahudi di Maroko berjumlah 3.000 orang, masih merupakan yang terbesar di Afrika Utara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: