Bloomberg melaporkan pada Selasa (15/12), sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan, strategi itu termasuk mengurangi pembatasan perjalanan, investasi, dan pengiriman uang untuk negara kepulauan yang dianggap merugikan orang Amerika dan rakyat biasa Kuba secara tidak proporsional.
Tindakan lain yang menargetkan Kuba untuk pelanggaran hak asasi manusia akan tetap dilakukan, lanjut sumber yang tak bersedia mengungkapkan identitasnya itu.
Prospek détente (pengurangan ketegangan hubungan) antara Washington dan Havana menghidupkan kembali ingatan akan pencairan ketegangan yang diperjuangkan Biden selama pemerintahan Obama, ketika kedua negara memulihkan hubungan diplomatik yang telah putus selama beberapa dekade setelah naiknya Fidel Castro ke tampuk kekuasaan.
Namun, mengingat agenda domestik Biden yang padat, tidak jelas seberapa cepat dia akan bergerak menerapkan kebijakan Kuba-nya. Bahkan, meskipun misalnya beberapa perubahan terjadi lebih awal, penguncian Covid-19 yang sedang berlangsung dapat menunda manfaat dari tindakan apa pun yang memungkinkan perjalanan yang lebih besar ke pulau itu.
Juga tidak jelas apakah Biden akan menambah staf AS di kedutaan besar di Havana atau tidak, setelah pemerintahan Trump mengurangi operasi diplomatik pasca penyakit aneh, termasuk trauma otak menimpa beberapa diplomat AS dan keluarganya di sana.
Biden mengatakan pada bulan Oktober lalu bahwa AS membutuhkan kebijakan Kuba yang baru, meskipun timnya dengan tegas mengutuk upaya Havana untuk membungkam para pembangkang, termasuk penggerebekan sebuah rumah yang penuh dengan aktivis dan seniman baru-baru ini.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: