"Ini adalah langkah logis dan tepat yang diambil Australia," kata Birmingham, seperti dikutip
BBC, Rabu (16/12)
"Kami sangat yakin bahwa berdasarkan bukti, data, dan analisis yang telah kami kumpulkan, Australia memiliki alasan yang sangat kuat untuk menaikkan kasus ini," lanjutnya.
Pada bulan Mei, China memberlakukan tarif 80 persen untuk jelai Australia. Tarif, yang berlaku selama lima tahun itu, secara efektif merugikan para produsen Australia hingga 1,9 miliar dolar AS.
Ini adalah pertama kalinya Australia menyeret China ke wasit independen atas komoditas pertanian.
Birmingham mengakui penyelesaian sengketa lewat WTO bisa memakan waktu lama untuk mencapai jalan keluar. Namun, menurutnya, akan selalu ada peluang.
Selain jelai, China telah memberlakukan sejumlah sanksi resmi dan tidak resmi pada barang-barang Australia tahun ini karena hubungan antara kedua negara memburuk.
China telah melarang sejumlah impor Australia yang berbeda termasuk daging sapi, anggur, kayu, lobster, barley, dan yang terbaru adalah sengketa batu bara.
Dia menambahkan bahwa tindakan Beijing telah meningkatkan risiko berbisnis dengan China bagi perusahaan di seluruh dunia.
Meengenai sengketa batu bara, baru-baru ini lebih dari 50 kapal yang membawa batu bara Australia telah tertahan di dekat pelabuhan China. Mereka tidak bisa mendarat karena otoritas melarang dan mengumumkan tidak akan menurunkan pengiriman tersebut.
Sebuah laporan Global Times awal pekan ini mengatakan bahwa Komisi Pembangunan & Reformasi Nasional China pada hari Sabtu tampaknya meresmikan pembatasan pada batu bara setelah memberikan persetujuan pembangkit listrik untuk mengimpor komoditas tersebut tanpa batasan, kecuali dari Australia.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: