Dalam pernyataannya, koalisi organisasi Muslim AS termasuk Council on American-Islamic Relations menuduh negara-negara anggota OKI takut dengan kekuatan China.
"Sangat jelas, China memiliki cengkeraman ekonomi di dunia Muslim dan mampu mengisolasi setiap negara Muslim ke dalam ketakutan. Bahkan, memberikan basa-basi untuk perjuangan Uighur," kata Omar Sulieman, seorang sarjana Muslim Amerika dan aktivis hak asasi dalam konfernsi pers virtual, seperti dikutip dari
AFP, Jumat (18/12).
"Sementara beberapa negara Muslim akan memberikan basa-basi untuk tujuan seperti perjuangan Palestina," katanya, menambahkan bahwa tentang masalah Uighur, China akan terus melakukan penindasan.
Juru kampanye Uighur Americana, Rushan Abbas, memperingatkan bahwa negara-negara dapat melihat ekspor kebijakan yang menargetkan Muslim ketika China mengejar inisiatif pembangunan infrastruktur Belt and Road yang besar.
"China memiliki rekam jejak dalam membeli dan menindas. Genosida orang Uighur bukanlah masalah internal China, tetapi masalah kemanusiaan," kata Abbas, yang mengatakan bahwa aktivismenya menyebabkan China menahan saudara perempuannya.
OKI yang terdiri dari 57 negara mayoritas Muslim dan sering menangani kasus-kasus di mana mereka percaya Muslim dianiaya, mengkritik Israel dan, atas perintah Pakistan, India.
Namun, mereka menilai kelompok yang bermarkas di Arab Saudi itu hingga kini belum menyuarakan kekhawatiran atas wilayah barat Xinjiang, China, di mana kelompok hak asasi mengatakan bahwa lebih dari satu juta orang Uighur dan Muslim ditahan di kamp-kamp sebagai bagian dari upaya untuk membasmi adat istiadat Islam dan mengintegrasikan komunitas secara paksa.
Alih-alih melakukan tindakan tegas, dalam resolusi Maret 2019, OKI justru memuji upaya Republik Rakyat China dalam memberikan perawatan kepada warga Muslimnya setelah mereka melakukan kunjungan delegasi.
Sejauh ini China menggambarkan kamp-kamp itu sebagai pusat pelatihan kejuruan dan mengatakan bahwa upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi ekstremisme Islam.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: