Tudingan itu dilemparkannya saat menyampaikan pidato dan wawancara yang disiarkan oleh stasiun televisi Lebanon Al-Mayadeen pada Minggu (27/12) waktu setempat, di mana dia menuduh Presiden AS Donald Trump bertindak secara impulsif dan tidak terduga di wilayah tersebut.
Dia juga mengatakan bahwa Arab Saudi telah bertindak tanpa alasan dalam beberapa tahun terakhir, yang didasari dengan kebencian terhadap Hizbullah. Seperti diketahui, Putra Mahkota Mohammed Bin Salman telah berusaha untuk menentang peran Hizbullah di Lebanon di masa lalu.
Nasrallah mengaitkan dugaan rencana pembunuhannya dengan pembunuhan komandan Pasukan Quds IRGC Qasem Soleimani dan pemimpin Kataib Hezbollah Abu Mahdi al-Muhandis pada Januari 2020 yang dilakukan oleh AS. Nasrallah mengklaim bahwa dia sama pentingnya dengan kedua tokoh tersebut, seperti dikutip dari
Jerussalem Post, Senin (28/12).
Sementara Nasrallah mengklaim ada plot untuk membunuhnya, dia mengatakan Israel berhati-hati dan telah dihalangi oleh ancaman Hizbullah selama setahun terakhir.
Dia menyimpan foto Soleimani di mejanya selama wawancara untuk menunjukkan hubungannya dengan Soleimani; keduanya bekerja sama selama perang tahun 2006 melawan Israel. Imad Mughniyeh, rekan dekat Nasrallah lainnya, dibunuh pada tahun 2008. Mohsen Fakhrizadeh , kepala program nuklir Iran, dibunuh bulan lalu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: