Permintaan pembebasan itu disampaikan oleh direktur Komisi Independen Palestina untuk Hak Asasi Manusia, Ammar Dweik dalam sebuah pernyataan pada Selasa (29/12) waktu setempat.
Dweik yang organisasinya didirikan oleh otoritas Palestina itu mengatakan, Abdulhadi memiliki izin resmi untuk acara di Nebi Mussa tersebut, seraya mengkonfirmasi bahwa Abdulhadi resmi ditahan pada Selasa (29/12) selama 15 hari ke depan.
"Kami hari ini meminta pembebasannya karena penangkapannya tidak logis," katanya seperti dikutip dari
AFP, Rabu (30/12).
"Dia telah menerima izin dari kementerian pariwisata," lanjutnya.
Dalam pembelaannya Dweik berkilah bahwa jika memang ada larangan menyelenggarakan acara pesta, kenapa tidak sedari awal mereka melarang itu.
“(Situs) Nebi Mussa bukan hanya tempat religi tapi juga tempat wisata,†ujarnya. "Jika musik elektronik tidak sesuai untuk itu, kementerian seharusnya tidak memberikan otorisasi."
Shawan Jabarin, direktur jenderal kelompok hak asasi Palestina Al-Haq, juga ikut mengecam "penangkapan sewenang-wenang" yang menurutnya ditujukan untuk memuaskan sebagian opini Palestina.
Sementara keluarganya telah mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa permohonan jaminan Abdulhadi ditolak.
Polisi Otoritas Palestina menangkap dj perempuan brusia 30 tahun itu pada Minggu (27/12) malam waktu setempat, sehari setelah dia tampil di situs Nebi Mussa, tempat pemakaman tradisional Nabi Musa di bawah tradisi Islam.
Abdulhadi dianggap oleh banyak orang sebagai wanita Palestina pertama yang menjadi disc jockey profesional, bahkan harian Israel Haaretz memanggilnya 'Ratu Tekno Palestina'.
Video acara yang diunggah di media sosial menunjukkan pria dan wanita menari bersama pada pertemuan tersebut, memicu kemarahan publik dan tuduhan penodaan situs, di mana di sana terdapat masjid.
Parahnya acara tersebut juga berlangsung di tengah pembatasan virus corona yang kini sedang diberlakukan di Tepi Barat.
"Peristiwa itu, benar-benar menjijikkan. Ini adalah penghinaan terhadap tiga agama (monoteistik)," kata salah satu netizen di Twitter.
"Berani-beraninya sekelompok orang Palestina liberal di masjid Nebi Mussa?" lanjutnya.
Atas permintaan Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh , sebuah komisi penyelidikan dibentuk untuk menentukan apa yang terjadi di Nebi Mussa.
Saat dimintai komentar oleh AFP, polisi mengatakan kasus itu ada di tangan pemerintah.
Seorang pejabat pemerintah mengatakan bahwa dia tidak dapat berkomentar karena masalah tersebut sedang dalam proses penyelidikan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: