Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ini Adalah Desember Terdingin Di Beijing, Bahkan Lebih Dingin Daripada Kutub Utara

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 31 Desember 2020, 10:05 WIB
Ini Adalah Desember Terdingin Di Beijing, Bahkan Lebih Dingin Daripada Kutub Utara
Cuaca super dingin di Beijing/Net
rmol news logo Suhu dingin dan tiupan angin kencang yang melanda Beijing beberapa minggu ini menjadi alasan lain bagi warga untuk tetap berada di dalam rumah, selain alasan utama mereka yaitu menghindari virus corona.

Desember tahun ini, salah satu kota terbesar China itu mengalami hari-hari terdingin dalam 42 tahun terakhir.

"Prakiraan untuk Beijing bahkan lebih dingin daripada Kutub Utara," kata seorang netizen di Twitter pada Rabu (30/12) pagi waktu setempat, seraya memposting tangkapan layar dari aplikasi pelacak cuaca yang bertuliskan minus 13 derajat celsius di Beijing dan minus 3 derajat Celsius di Kutub Utara.

Dilaporkan Global Time, Rabu (30/12), udara dingin melanda China utara dan Beijing sejak Selasa.

Saat angin kencang disertai hawa dingin, dengan hembusan antara 30-50 kilometer per jam, hawa dingin angin benar-benar mengirimkan suhu yang paling dingin, membuat warga setempat lebih memilih berlindung di dalam rumah sambil merapatkan mantel dan penutup kepala.  

Pada Selasa (29/12) Beijing bahkan mencaat suhu terendah yaitu minus 26 derajat celsius, yang tercatat di observasi meteorologi Beijing Foyeding di distrik barat laut Yanqing. Itu adalah suhu Desember terdingin yang tercatat di Beijing sejak 1978 ketika observatorium didirikan.  

"Saya tangguh seperti serigala dari Xinjiang utara, tapi saya katakan hari ini bahwa saya menyerah," kata seorang siswa dari Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China Barat Laut yang tinggal di Beijing kepada Global Times.

Banyak netizen menduga hawa dingin mungkin berada di balik kebangkitan virus corona di Beijing, menimbulkan tantangan untuk pencegahan dan pengendalian epidemi karena suhu terus turun. Yang lain justru mengatakan bahwa suhu beku membuat rencana untuk pergi keluar menjadi tidak menarik, dengan begitu akan membantu mencegah dan mengendalikan penyebaran virus.

"Coronavirus di musim dingin seperti hewan dalam hibernasi. Ia tidak bereproduksi, juga tidak aktif, tetapi bertahan lebih lama pada suhu yang lebih rendah, yang dapat meningkatkan peluang orang terpapar virus hidup dibandingkan dengan hari-hari hangat," kata Wang Guangfa, seorang ahli pernapasan di Rumah Sakit Pertama Universitas Peking.

Wabah sporadis Covid-19 di Beijing dalam dua minggu terakhir juga dapat dikaitkan dengan kemungkinan penularan dari lingkungan ke manusia, terutama di musim dingin, karena cuaca dingin telah mengubah lingkungan menjadi lingkungan seperti rantai dingin, kata Wang.

“Terlebih lagi, orang lebih mungkin terkena flu karena sistem kekebalan yang lebih lemah di musim dingin, ditambah dengan pertemuan di dalam ruangan di tempat-tempat tanpa ventilasi yang memadai, jadi gabungan faktor-faktor ini membuat musim dingin menjadi musim yang lebih rentan untuk tertular virus corona” tambahnya.

Beijing telah mencatat kasus Covid-19 sporadis sejak musim dingin dimulai. Kota itu melaporkan satu kasus lagi yang dikonfirmasi pada hari Selasa dan tujuh lainnya pada hari Senin, sehingga total infeksi baru menjadi 22 sejak 14 Desember. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA