Dalam pidato Tahun Baru-nya di kantor kepresidenan pada Jumat (1/12), Tsai mengaku siap untuk melakukan pembicaraan dengan China secara sederajat jika mereka mengesampingkan konfrontasi.
Tsai mengatakan, dalam setahun terakhir, aktivitas militer China di dekat Taiwan sudah mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
"Saya ingin menegaskan kembali, bahwa dalam hal hubungan lintas selat, kami tidak akan maju secara terburu-buru dan akan berpegang pada prinsip kami," kata Tsai, seperti dikutip
Reuters.
"Selama otoritas Beijing bertekad untuk meredakan antagonisme dan meningkatkan hubungan lintas selat, sejalan dengan prinsip timbal balik dan martabat, kami bersedia untuk bersama-sama mempromosikan dialog yang bermakna," tambahnya.
Lebih lanjut, Tsai berharap dapat melakukan dialog dengan China setelah pandemi Covid-19 terkendali, untuk meningkatkan pemahaman dan mengurangi kesalahpahaman.
Dalam kalimat berbahasa Inggris, Tsai menyampaikan apresiasinya atas dukungan komunitas internasional untuk Taiwan.
"Demokrasi kami lebih kuat karena dukungan Anda," tekannya.
Taiwan yang memerintah sendiri diklaim oleh China sebagai bagian dari wilayahnya. Beijing mengecam berbagai upaya Taiwan untuk menjadi negara demokratis, termasuk dengan memperkuat hubungannya dengan Amerika Serikat.
Pada 2016, China sudah memutuskan mekanisme pembicaraan formal setelah Tsai memenangkan jabatan pertamanya. Pemerintahan Presiden Xi Jinping kemudian berulang kali menolak ajakan Tsai untuk berdialog.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: