Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengakuan Dua Warga Azerbaijan Selama Dalam Penjara Armenia: Masuk Sel Isolasi Dan Disiksa Dengan Setruman Listrik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 02 Januari 2021, 08:05 WIB
Pengakuan Dua Warga Azerbaijan Selama Dalam Penjara Armenia: Masuk Sel Isolasi Dan Disiksa Dengan Setruman Listrik
Ilustrasi/Net
rmol news logo Dua warga Azerbaijan yang baru-baru ini dibebaskan dari penahanan selama lebih dari enam tahun di penjara Armenia, mengaku hingga kini masih dihantui penyiksaan yang mereka alami selama berada dalam tahanan.

Pada 14 November, Azerbaijan dan Armenia memulai pertukaran tahanan dan sandera di bawah perjanjian yang ditengahi Rusia pada 10 November untuk mengakhiri pertempuran selama beberapa dekade.

Dua warga Azerbaijan, Dilgam Asgarov dan Shahbaz Guliyev, ada di antara tahanan dan sandera yang dibawa ke ibu kota Baku.

Pada 2014, Asgarov dan Guliyev bersama Hasan Hasanov melakukan perjalanan ke wilayah Kalbajar, yang saat itu berada di bawah pendudukan Armenia, untuk melihat desa tempat mereka lahir dan besar serta mengunjungi kuburan kerabat mereka.

Mereka mengaku dihadang oleh tentara Armenia, saat itu Hasanov terbunuh dan Asgarov serta Guliyev disandera.

Mayat Hasanov dikembalikan ke Azerbaijan tiga bulan kemudian, sementara Asgarov dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan Guliyev 22 tahun di balik jeruji besi.

Baik Asgarov maupun Guliyev mengaku tidak bisa melupakan pembunuhan teman mereka Hasanov dan penyiksaan yang mereka alami di penjara, meskipun saat ini keduanya sudah menghirup udara bebas.

Mengenang penyiksaan yang dialaminya di penjara, Asgarov berkata: “Kami diizinkan menghirup udara hanya selama setengah jam pada siang hari. Saya dikurung di sel isolasi.”

“Namun, saya tidak pernah putus asa. Saya selalu mengatakan, baik di pengadilan maupun di penjara bahwa tentara Azerbaijan akan datang suatu hari nanti. Karena saya tahu Presiden Ilham Aliyev tidak menerima pendudukan Karabakh,” katanya, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (1/1).

Menurut Asgarov, selama ditahan, orang-orang Armenia pernah memaksanya untuk berbicara menentang Azerbaijan dalam sebuah rekaman video.

“Mereka tidak memberi saya makanan selama setahun di penjara. Berat saya 107 kilogram ketika saya disandera. (Kini) Saya kehilangan 52 kg dalam satu tahun. Mereka juga menyiksa saya dengan setruman listrik,” kenangnya.

Asgarov juga mengklaim bahwa Armenia juga menggunakan teroris PKK dalam perang tersebut.

Sementara temannya Guliyev mengatakan mereka dipenjara secara tidak adil hanya karena pergi ke tanah mereka sendiri. Mengatakan bahwa mereka mengalami berbagai penyiksaan selama penahanan, dia berkata: “Itu bukan hidup. Itu bukan hidup.”

Hubungan antara bekas republik Soviet di Armenia dan Azerbaijan telah tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, yang secara internasional diakui sebagai wilayah Azerbaijan, dan tujuh wilayah yang berdekatan.

Ketika bentrokan baru meletus pada 27 September, tentara Armenia melancarkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan serta melanggar beberapa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan.

Selama konflik 44 hari, Azerbaijan berhasil membebaskan beberapa kota dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan selama hampir tiga dekade.

Meskipun kesepakatan 10 November mengakhiri konflik, tentara Armenia beberapa kali melanggar perjanjian dan membunuh beberapa tentara Azerbaijan dan seorang warga sipil, menurut Kementerian Pertahanan Azerbaijan.

Gencatan senjata dipandang sebagai kemenangan Azerbaijan dan kekalahan Armenia, yang angkatan bersenjatanya telah ditarik sesuai dengan kesepakatan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA