Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Trump Tutup Masa Jabatan Dengan Pembantaian Demokrasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Kamis, 07 Januari 2021, 13:36 WIB
Trump Tutup Masa Jabatan Dengan Pembantaian Demokrasi
Donald Trump dianggap menghasut massa hingga menyebabkan kerusuhan di Capitol Hill/Net
rmol news logo Masa jabatan Donald Trump di kursi nomor satu Amerika Serikat tinggal hitungan hari. Namun di penghujung waktu tersebut, dia justru mengisinya dengan kekacauan.

Apa yang terjadi di Capitol Hill pada Rabu (6/1) waktu setempat adalah salah satu bentuk nyata dari kekacauan tersebut. Sejumlah massa pendukung Trump merangsek masuk ke dalam Capitol Hill dan mengganggu sidang kongres yang sedang dilaksanakan. Sidang itu sendiri dilakukan untuk memverifikasi kemenangan Joe Biden atas Trump dalam pemilu 2020 lalu, sebelum dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada tanggal 20 Januari mendatang.

Meski kemudian situasi bisa kembali diambil alih oleh pihak keamanan, namun aksi brutal para pendukung Trump tidak bisa dipandang sebelah mata. Sedikit banyak, ini merupakan imbas dari keengganan Trump mengakui kekalahannya dalam pilpres lalu.

Media New York Times mengangkat judul besar headline "Trump Menghasut Massa".

"4 tahun provokasi berakhir dengan invasi kursii demokrasi," begitu kutipan artikel tersebut.

Sedangkan CNN mengangat artikel dengan judul "Kepresidenan Trump berakhir dengan pembantaian Amerika".


"Dalam banyak hal, tontonan tersebut merupakan puncak alami dari sebuah kepresidenan yang dibangun di atas pengabaian norma-norma demokrasi, antagonis terhadap lembaga-lembaga pemerintah, dan ketidaktahuan yang disengaja terhadap kecenderungan kekerasan sayap kanan. Massa menyela tindakan yang akan mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden dan meresmikan kekalahan Trump," kutipan dari artikel tersebut.

"Tapi meskipun pemandangannya bisa diprediksi, tetap saja itu merupakan titik terendah bagi demokrasi Amerika. Presiden yang duduk, dalam tweet dan video, hanya memberikan teguran ringan sambil berusaha membenarkan kejahatan yang dilakukan atas namanya,". sambung kutipan artikel yang sama

Bahkan melalui cuitan dan video, Trump seakan menghasut dengan memuji para perusuh di Cappitol Hill.

"Kami mencintai Anda," kata Trump.

"Ini adalah hal-hal dan peristiwa yang terjadi ketika kemenangan pemilihan umum yang sakral begitu saja dan dengan kejam dilucuti," tulis Trump di Twitter.

Senada dengan hal tersebut, Research fellow dari Loyola University Chicago Amerika Serikat, Ratri Istania kepada redaksi Kantor Berita Politik RMOL pada Kamis (7/1) menilai bahwa tindakan Trump belakangan ini, terutama pasca pemilu, seakan hanya mewakilkan dirinya sendiri.

"Yang terlihat sekarang adalah bahwa Trump mewakilkan dirinya sendiri. Dia masih ingin berkuasa. Dia masih suka sesumbar bahwa pelantikan nanti adalah pelantikan dirinya sendiri. Ini kan ridiculous," ujar Ratri.

Sayangnya, hal ini berimbas besar. terutama bagi para pendukungnya hingga memicu terjadinya kekacauan di Capitol Hill pada Rabu (6/1).

"Para pendukungnya sudah tidak menggunakan pikiran lagi. Apa yang Trump anjurkan, mereka tafsirkan sendiri," kata. Ratri.

"Mereka bawa senjata ke Capitol Hill, dan apa yang terlihat itu barbar. sekali," terangnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA