Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hilangnya Sriwijaya Air SJ-182 Undang Sorotan Dunia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Minggu, 10 Januari 2021, 23:35 WIB
Hilangnya Sriwijaya Air SJ-182 Undang Sorotan Dunia
Pray for SJ182/Amelia Fitriani
rmol news logo Hilangnya pesawat Sriwijaya Air bernomor penerbangan SJ-182 akhir pekan ini menjadi sorotan dunia.

Media Reuters pada Minggu (10/1) menyoroti soal keprihatinan dunia akan keamanan maskapai penerbangan di Indonesia.

Jika mengenok sedikit ke belakang, isu keamanan penerbangan di Indonesia sempat menyebabkan Uni Eropa pada tahun 2007 hingga 2018, melarang maskapai penerbangan Indonesia menyusul serangkaian kecelakaan dan laporan pengawasan dan pemeliharaan yang memburuk.

Sementara itu, antara tahun 2007 hingga 2016 lalu, Amerika Serikat pernah menurunkan evaluasi keselamatan Indonesia ke Kategori 2, yang berarti sistem peraturannya tidak memadai.

Meski begitu, Indonesia terus berbenah terkait sektor aviasi sejak beberapa tahun terakhir. Hal itu salah satunya tampak pada tahun 2018 di mana Indonesia menerima evaluasi yang baik dari badan penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Kecelakaan penerbangan terbaru haruslah jadi semacam pengingat untuk membenahi keselamatan penerbangan. Tentu saja ini bukan hanya tugas pemerintah atau otoritas terkait di Indonesia, tapi juga tugas banyak pihak lainnya yang terlibat.

"Kecelakaan hari Sabtu tidak ada hubungannya dengan MAX, tetapi Boeing sebaiknya memandu Indonesia , yang memiliki catatan keselamatan udara kotak-kotak, untuk memulihkan kepercayaan pada industri penerbangannya," kata kepala konsultan penerbangan yang berbasis di Malaysia, Endau Analytics, yakni Shukor Yusof.

Dia merujuk pada kecelakaan maskapai penerbangan Lion Air 737 MAX pada Oktober 2018 lalu.

Saat ini proses pencarian pesawat masih terus dilakukan. Karena itu, masih terlalu dini untuk menentukan apa faktor yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat tersebut.

Namun sejauh ini, informasi yang diketahui mengenai hilangnya pesawat tersebut, merujuk pada pelacakan FlightRadar24, diketahui bahwa penerbangan yang lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta menuju ke Pontianak itu naik ke ketinggian 10.900 kaki dalam waktu empat menit. Namun kemudian mulai turun tajam dan berhenti mengirmkan data ke pusat pengendali lalu lintas udara 21 detik kemudian.

"Ada banyak suara yang dibuat tentang kecepatan penurunan terakhirnya," kata pakar investigasi kecelakaan udara yang berbasis di Australia Geoff Dell.

"Ini adalah indikasi dari apa yang terjadi tetapi mengapa itu terjadi masih dalam banyak hal masih merupakan tebakan. Ada banyak cara untuk membuat pesawat turun dengan kecepatan seperti itu," jelasnya, seperti dikabarkan Reuters.

Dia menjelaskan, penyelidik akan melihat faktor-faktor termasuk kegagalan mekanis, tindakan pilot, catatan perawatan, kondisi cuaca, dan apakah ada gangguan yang melanggar hukum dengan pesawat dalam proses investigasi.

Dell menyebut, sebagian besar kecelakaan udara disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor yang perlu waktu berbulan-bulan untuk ditetapkan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA