Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat Tiongkok: Kecelakaan SJ-182 Tidak Berdampak Pada Prospek Boeing Di China, Kecuali Jika Mereka Jual Senjata Ke Taiwan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 11 Januari 2021, 07:12 WIB
Pengamat Tiongkok: Kecelakaan SJ-182 Tidak Berdampak Pada Prospek Boeing Di China, Kecuali Jika Mereka Jual Senjata Ke Taiwan
Boeing 737 Max/Net
rmol news logo Analis penerbangan Tiongkok mengatakan bahwa kecelakaan pesawat jet penumpang Boeing milik maskapai Sriwijaya Air SJ-182 tidak akan berdampak pada prospek pasar perusahaan tersebut di China.

Pada hari Sabtu (9/1), Boeing 737-500 milik maskapai Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak yang membawa lebih dari 60 orang, jatuh ke Laut Jawa setelah lepas landas dari Jakarta.

Meski penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan, tragedi itu membuat raksasa penerbangan AS -yang beberapa kali bermasalah- itu kembali menjadi sorotan. Seri Boeing 737 Max sempat dihentikan operasinya pada Maret 2019 menyusul dua kecelakaan mematikan yang terjadi dalam waktu setengah tahun dan merenggut 346 nyawa.

“Sejauh ini, tidak ada bukti yang menunjukkan cacat teknis atau cacat desain dari jet Boeing yang hilang dalam kecelakaan itu,” kata analis penerbangan China, seraya mencatat bahwa 737-500 adalah model yang lebih tua dari Boeing 737 Max.

Reuters
melaporkan bahwa model 737-500 memasuki layanan pada tahun 1990 dan pesawat yang jatuh di Laut Jawa itu berusia hampir 27 tahun.

“Kecelakaan itu tidak akan berdampak pada kembalinya Boeing 737 Max ke China, karena Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) telah dengan jelas menetapkan tiga prinsip untuk pengembaliannya,” kata Lin Zhijie, pengamat pasar independen, seperti dikutip dari Global Times, Minggu (10/1).

Pada Oktober 2020, kepala CAAC Feng Zhenglin mengatakan ada tiga aturan yang ditetapkan dan telah dipublikasikan, termasuk perubahan desain pesawat yang harus disetujui untuk kelayakan udara, pelatihan pilot yang lengkap dan efektif, dan hasil investigasi yang jelas dari dua kecelakaan yang terkait dengan jet Boeing.

Di tengah kasus virus corona di China, perjalanan penumpang masih menghadapi pembatasan, Lin mencatat, bahwa dengan seperempat kapasitas transportasi negara ditutup, pasar China tidak memiliki permintaan yang besar untuk pesawat Boeing.

“Pemulihan lamban dari raksasa penerbangan AS di pasar China patut dicatat,” kata Wang Yanan, pakar industri dan editor kepala Aerospace Knowledge.

“Secara khusus, jika Boeing berpartisipasi dalam penjualan senjata ke pulau Taiwan, atau melakukan perilaku yang merugikan kepentingan nasional China, itu akan berdampak besar pada masa depannya di China,” kata Wang.

Ketika ruang pasar itu digantikan oleh perusahaan penerbangan lain dari Eropa, Boeing akan kehilangan sebagian pangsa pasarnya dan pengakuan pasar di pasar China yang menguntungkan, tambahnya.

Wang juga menyarankan agar perusahaan tersebut mempertimbangkan strateginya dengan serius. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA