Setelah dilantik pada 20 Januari, Biden akan mengambil alih kendali pemerintahan dari Presiden Donald Trump.
Dalam menjalankan roda kepemimpinan, Biden diperkirakan akan memiliki sejumlah kebijakan luar negeri yang berbeda dengan Trump.
Berdasarkan analisis dari pengamat hubungan internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Nazar Nasution, Biden kemungkinan akan mengikuti pola kepemimpinan Presiden Barack Obama atau Bill Clinton, yang juga dari Partai Demokrat.
"Menurut saya, yang menonjol dari Trump itu kepentingan bisnis, semua dipandang dari sudut untung-rugi. Tetapi pola Demokrat lebih kepada multilateralisme," ujar Nazar.
Berbicara dalam
RMOL World View bertajuk "Transisi Politik Amerika Serikat" pada Senin (11/1), Nazar mengatakan, para pemimpin Partai Republik pada umumnya lebih mengedepankan
hard power, sementara Demokrat
soft power.
Jika melihat kepemimpinan presiden-presiden Partai Republik, banyak di antaranya yang memicu konflik, seperti Perang Korea, Perang Vietnam, maupun konflik Afghanistan.
Di sisi lain, lanjut Nazar, para pemimpin dari Partai Demokrat lebih mengedepankan diplomasi, demokrasi, dan hak asasi manusia.
Indonesia sendiri, lanjutnya, harus berhati-hati dengan pemimpin AS dari Partai Republik. Pasalnya Indonesia memiliki dua pengalaman pahit dengan Clinton.
Pengalaman pertama terkait dengan kasus Timor Timur, di mana Clinton melakukan embargo kepada Indonesia. Kemudian saat menghadapi IMF pada 1998.
"Saya mencoba melihat Joe Biden ini dikaitkan dengan Obama dan Bill Clinton yang dua-duanya dari Partai Demokrat," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: