Pembatalan kunjungan Craft ke Taiwan diumumkan langsung oleh Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (12/1), bersama dengan batalnya rencana kunjungan Mike Pompeo ke Eropa, dengan alasan untuk mendukung transisi ke pemerintahan Joe Biden.
"Dua perjalanan yang dibatalkan oleh pejabat AS dapat sedikit mengurangi (konfrontasi Sino-AS)," kata Shi Yinhong, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin di Beijing, seperti dikutip dari
SCMP, Kamis(14/1).
"Tetapi pemerintahan Biden akan mempertahankan kebijakan garis keras Amerika terhadap China di berbagai bidang, meskipun mungkin kurang rakus daripada di bawah Donald Trump," katanya.
Liu Weidong, seorang ahli urusan AS di Akademi Ilmu Sosial China, setuju bahwa persaingan strategis antara China dan AS akan terus berlanjut di bawah presiden baru Amerika.
"Pemerintah Biden tampaknya tidak terlalu tertarik dengan masalah Taiwan, tetapi itu adalah kartu yang pasti akan mereka mainkan di masa depan," katanya.
“Itu selalu menjadi kartu AS, dan ini tidak akan berubah. Tapi kemungkinan besar, dia (Biden) akan memilih untuk membandingkan China pada masalah lain, seperti hak asasi manusia atau keamanan di Laut China Selatan," lanjutnya.
Sementara Zhu Songling, pakar urusan Taiwan di Beijing Union University, mengatakan Taiwan adalah masalah terbesar dan tersulit yang dihadapi hubungan China-AS.
Dia mengatakan, kunjungan pejabat AS ke pulau itu di masa lalu telah mengguncang kepercayaan dan landasan politik antara kedua negara.
"Saya yakin kunjungan serupa akan terjadi di masa depan, tetapi perjalanan Craft telah dihentikan dan ketegangan akan tetap ada."
Kementerian luar negeri Taiwan sedmiri menyatakan penyesalan atas pembatalan perjalanan Kraft, tetapi mengatakan pihaknya memahami keputusan itu dibuat untuk memfasilitasi transisi pemerintah AS, dan bahwa duta besar dipersilakan untuk berkunjung di kemudian hari.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: