“Harus mengambil tindakan ini memecah percakapan publik," kata Dorsey di akun Twitternya, seperti dikutipdari Reuters, Kamis (14/1).
“Mereka memecah belah kita. Mereka membatasi potensi klarifikasi, penebusan, dan pembelajaran. Dan menetapkan preseden yang menurut saya berbahaya: kekuatan yang dimiliki individu atau perusahaan atas bagian dari percakapan publik global,†lanjutnya.
Dalam utas Twitter-nya, Dorsey mengatakan bahwa meskipun dia tidak bangga dengan larangan tersebut, kerugian offline akibat ucapan online terbukti nyata.
"Dan yang terpenting adalah yang mendorong kebijakan dan penegakan kami," katanya
Meski begitu, dia menambahkan, "Meskipun ada pengecualian yang jelas dan jelas, saya merasa pelarangan adalah kegagalan kami pada akhirnya untuk mempromosikan percakapan yang sehat."
Twitter telah memperkenalkan serangkaian tindakan selama setahun terakhir seperti label, peringatan, dan pembatasan distribusi untuk mengurangi kebutuhan akan keputusan tentang penghapusan konten sepenuhnya dari layanan.
Dorsey yakin langkah-langkah itu dapat mendorong percakapan online yang lebih bermanfaat atau ‘sehat’ dan mengurangi dampak perilaku buruk.
Twitter yang berbasis di San Francisco minggu lalu menghapus akun Trump, yang memiliki lebih dari 88 juta pengikut, dengan alasan risiko kekerasan lebih lanjut setelah penyerbuan Capitol oleh pendukung presiden.
Larangan itu menuai kritik dari beberapa Partai Republik yang mengatakan bahwa hal itu memadamkan hak presiden untuk kebebasan berbicara.
Kanselir Jerman Angela Merkel juga memperingatkan melalui juru bicaranya, bahwa yang berhak memutuskan potensi pembatasan untuk kebebasan berekspresi adalah legislator, bukan perusahaan swasta.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: