Pasukan keamanan Guatemala tampak mengepung karavan migran di sebuah jalan di kota Vado Hondo, dekat perbatasan dengan Honduras pada Minggu (17/1).
Ledakan tabung gas dan asap membuat banyak migran mundur, namun beberapa di antaranya juga masih berjuang untuk melewati penjaga keamanan, sementara yang lainnya melarikan diri ke pegunungan terdekat.
Beberapa migran juga menjatuhkan barang-barang mereka. Di sisi lain, tentara berseragam dengan pentungan dan perisai plastik memukul mundur orang-orang yang mencoba menerobos pagar.
Seorang pejabat kesehatan daerah, yang tidak menyebutkan namanya, mengatakan beberapa migran dipukul dan terluka, seperti dikutip
TRT World.
"Mereka tidak punya hati, kami mempertaruhkan nyawa kami. Tidak ada pekerjaan di Honduras," keluh seorang migran berusia 29 tahun, Dixon Vazquez.
Meski begitu, kepala migrasi Guatemala Guillermo Diaz bersikeras para migran tidak akan bisa lewat dan harus kembali.
"Siapa pun yang ingin memasuki Guatemala akan membutuhkan dokumen perjalanan resmi dan tes Covid-19 negatif," ujar Diaz.
Agen perbatasan meminta surat-surat kepada para migran, dan bukti tes virus korona negatif, tetapi tampaknya membiarkan banyak yang tidak memenuhi persyaratan itu.
Otoritas migrasi mengatakan hampir 1.400 orang di karavan telah dikembalikan ke Honduras pada Minggu, termasuk 192 anak-anak.
Para pejabat mengatakan sedikitnya 6.000 orang telah tiba di Vado Hondo dari sekitar 9.000 orang yang meninggalkan Honduras dalam beberapa hari terakhir.
Gelombang migran sendiri muncul menjelang pelantikan Presiden terpilih AS Joe Biden yang diharapkan memiliki kebijakan lebih longgar pada migran.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: