Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pastikan Asal Mula Virus Corona, Profesor China Sarankan Tim WHO Survei Pasien Pertama Yang Terinfeksi Di Wuhan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 18 Januari 2021, 11:49 WIB
Pastikan Asal Mula Virus Corona, Profesor China Sarankan Tim WHO Survei Pasien Pertama Yang Terinfeksi Di Wuhan
Ilustrasi/Net
rmol news logo Sejumlah tim ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah tiba di Wuhan, tempat pertama kali virus corona terdeteksi di China. Mereka saat ini belum memulai penyelidikan karena harus melewati masa karantina.

Di tengah persiapan penyelidikan, wakil direktur departemen biologi patogen di Universitas Wuhan, Yang Zhanqiu, menyarankan agar para ahli juga melakukan survei epidemiologi yang komprehensif terhadap 10 atau 20 pasien yang pertama kali terinfeksi di Wuhan.

Penyelidikan dimaksudkan untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi secara lokal atau memiliki hubungan dengan perjalanan ke luar negeri atau dengan orang asing yang datang ke Wuhan untuk Pertandingan Dunia Militer pada Oktober 2019.

Yang mengungkapkan bahwa penyelidikan epidemiologis terhadap 10 atau 20 kasus pertama di Wuhan dapat membantu mencari tahu bagaimana virus itu ditularkan dan bahkan dari mana asalnya.

"Misalnya, investigasi epidemiologi dapat menunjukkan apakah orang-orang ini bepergian ke luar negeri. Jika demikian, ada kemungkinan mereka terinfeksi saat berada di luar negeri dan penyelidikan ke mana mereka pergi dalam perjalanan harus ditindaklanjuti," kata Yang, seperti dikutip dari Global Times, Senin (18/1).

"Juga, karena ada dugaan tentang personel militer AS yang datang ke Wuhan untuk Pertandingan Dunia Militer yang membawa Covid-19 ke China. Coba untuk menyelidiki apakah kasus pertama di Wuhan yang berhubungan dengan delegasi militer AS itu diperlukan," lanjutnya.

Dua hari sebelum kedatangan tim ahli WHO ke Wuhan, departemen kesehatan negara bagian Espirito Santo, Brazil, mengungkap studi terbaru yang menemukan adanya antibodi IgG, khusus untuk virus Covid-19, di Brazil pada Desember 2019. Menurut para ahli China, hal itu telah memberikan lebih banyak bukti kuat bahwa virus itu sebenarnya beredar di luar China lebih awal dari yang diyakini sebelumnya.

Kantor Berita Xinhua melaporkan pada hari Rabu (13/1) bahwa imunoglobulin G (IgG), terdeteksi pada 210 orang, di mana 16 kasus menunjukkan adanya virus corona di keadaan sebelum Brasil mengumumkan kasus pertama yang dikonfirmasi secara resmi pada 26 Februari 2020. Salah satu kasus terlihat pada 18 Desember 2019.

IgG adalah jenis antibodi paling umum yang membutuhkan waktu untuk terbentuk setelah infeksi.
 
Tes antibodi untuk IgG mendeteksi antibodi IgG yang berkembang pada tubuh pasien dalam 10 hari setelah gejala Covid-19 dimulai. Antibodi IgG tetap berada di dalam darah setelah infeksi berlalu. Antibodi ini menunjukkan bahwa pasien mungkin pernah menderita Covid-19 di masa lalu dan telah mengembangkan antibodi yang dapat melindungi pasien dari infeksi di masa mendatang.

Departemen kesehatan menyatakan bahwa dibutuhkan sekitar 20 hari bagi pasien untuk mencapai tingkat IgG yang terdeteksi setelah infeksi, sehingga bisa terjadi antara akhir November dan awal Desember 2019, menurut Xinhua.

Yang Zhanqiu mengatakan, kasus antibodi IgG positif yang dikumpulkan pada Desember 2019 menunjukkan bahwa virus corona telah menginfeksi sekitar satu minggu, satu bulan, atau bahkan lebih awal, karena antibodi IgG positif tidak dapat membantu kembali ke periode waktu tertentu.

Dia juga mencatat bahwa jika suatu kasus positif untuk antibodi imunoglobulin M (IgM), yaitu jenis antibodi pertama yang muncul sebagai respons terhadap infeksi, maka dapat dipastikan bahwa kasus tersebut terinfeksi virus sekitar sebulan sebelum tes.

"Jika kasus tersebut memiliki tingkat antibodi IgG yang sangat rendah, itu tidak dapat dipastikan telah terinfeksi virus Covid-19 karena bisa saja terinfeksi virus corona lain," tambahnya.

Brasil bukanlah negara pertama yang mendeteksi keberadaan Covid-19 di luar China lebih awal dari yang diperkirakan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh National Cancer Institute of Milan, Italia menunjukkan, virus corona telah beredar di Italia pada September 2019, demikian dilaporkan Reuters pada November 2020.

Juga, sebuah studi Amerika yang menemukan infeksi Covid-19 di AS pada Desember 2019, memberikan bukti lebih lanjut yang menunjukkan bahwa virus corona menyebar secara global sebelum kasus pertama dilaporkan di China, kata Bloomberg pada bulan Desember.

"Studi tersebut mendukung teori bahwa virus memiliki banyak tempat lahir di seluruh dunia," kata Yang.

Yang mencatat bahwa Wuhan adalah salah satu wilayah tempat virus corona pecah, tetapi apakah wilayah itu adalah tempat kelahiran atau satu-satunya tempat lahir virus belum dapat dikonfirmasi.

"Penelitian ilmiah menunjukkan virus korona memiliki perbedaan genetik di berbagai wilayah di seluruh dunia dan patogenisitas dan kematian yang tampaknya terpisah," ujarnya.

"Itu akan mendukung teori bahwa virus itu menyebar di berbagai wilayah tidak hanya di China," kata ilmuwan China itu.

Wang Guangfa, seorang ahli pernapasan di Rumah Sakit Pertama Universitas Peking, juga meminta para ahli WHO untuk mengunjungi negara-negara lain tempat virus corona dilaporkan muncul lebih awal daripada China. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA