Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, tidak benar jika kelompok orang dewasa yang lebih muda dan sehat di negara kaya sudah bisa mendapat suntikan vaksin Covid-19 sebelum kelompok berisiko di negara-negara miskin.
Hal itu disampaikan Tedros saat memulai pertemuan dewan eksekutif di Jenewa, seperti dikutip
9News, Selasa (19/1).
"Hanya 25 dosis telah diberikan di satu negara berpenghasilan terendah, bukan 25 juta, bukan 25 ribu, hanya 25. Saya harus terus terang, dunia berada di ambang kehancuran moral yang dahsyat," ujar Tedros.
"Benar bahwa semua pemerintah ingin memprioritaskan vaksinasi pada petugas kesehatan mereka sendiri dan orang tua terlebih dahulu. Tapi tidak benar bahwa orang dewasa yang lebih muda dan lebih sehat di negara kaya divaksinasi sebelum petugas kesehatan dan orang tua di negara miskin. Akan ada cukup vaksin untuk semua orang," lanjutnya.
Tedros mengatakan, vaksin memang membawa harapan bagi sebagian orang. Tetapi pada saat yang sama juga menjadi penghalang yang melebarkan ketidaksetaraan antara negara kaya dan negara miskin.
Tedros juga mengkritik kesepakatan bilateral antara pembuat vaksin dan negara-negara kaya karena lebih mengangkat masalah keuntungan.
"Situasi ini diperparah oleh fakta bahwa sebagian besar produsen memprioritaskan persetujuan regulasi di negara kaya, di mana keuntungan paling tinggi, daripada menyerahkan berkas lengkap ke WHO," jelas Tedros.
Sejauh ini, WHO sudah memberikan persetujuan penggunaan darurat untuk vaksin yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech, dan kemungkinan akan akan memberikan izin di Moderna.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: