Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Calon Menhan AS Yakin Rusia Jadi Dalang Serangan Siber Besar-besaran Tahun Lalu

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 20 Januari 2021, 08:58 WIB
Calon Menhan AS Yakin Rusia Jadi Dalang Serangan Siber Besar-besaran Tahun Lalu
Calon Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jenderal Lloyd Austin/Net
rmol news logo Calon Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Jenderal Lloyd Austin akan meminta pertanggungjawaban Rusia setelah mendapatkan bukti bahwa mereka yang menjadi dalang di balik serangan siber terhadap perusahaan IT, SolarWinds.

Hal itu disampaikan Austin selama sidang dengan Senat pada Selasa (19/1), di mana ia akan dilantik di bawah kepemimpinan Joe Biden.

"Saya benar-benar berharap dapat memahami dengan jelas apa yang terjadi. FBI, NSA telah memberikan kredit kepada Rusia untuk ini," kata Austin, seperti dikutip Sputnik.

"Mereka telah menghubungkan aktivitas ini dengan Rusia dan jika itu masalahnya, saya pikir Rusia harus dimintai pertanggungjawaban, itulah keyakinan pribadi saya," lanjutnya.

Pada Desember 2020, media melaporkan serangan siber besar-besaran terhadap entitas dan perusahaan pemerintah, setelah terjadi kerusakan dalam perangkat lunak SolarWinds.

Serangan itu diyakini dilakukan oleh aktor asing dan beberapa pakar menyebut nama Rusia sebagai dalang di baliknya. Baru-baru ini, Kantor Direktur Interlijen, Badan Keamanan Nasional, dan FBI menyatakan bahwa serangan itu kemungkinan berasal dari Rusia setelah dilakukannya penyelidikan.

Meski begitu, jurubicara Kremlin, Dmitry Peskov membantah klaim tersebut.

Menurut Departemen Kehakiman AS, serangan siber besar-besaran tersebut berhasil mengakses sekitar 3 persen kontak surat.

The Washington Post pada Desember mengklaim bahwa sebuah kelompok peretas bernama APT29, juga dikenal sebagai "The Dukes" atau "Cozy Bear", yang diduga terkait dengan Moskow, berada di balik gangguan tetapi tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhan tersebut. Laporan itu juga menyebut peretasan terjadi melalui mitra perusahaan Microsoft, yang menangani layanan akses cloud.

Dalam pernyataannya, Presiden Donald Trump justru mengklaim China yang berada di balik serangan itu, alih-alih Rusia.

"Membahas kemungkinan bahwa itu mungkin China (mungkin!). Mungkin juga ada pukulan di mesin pemungutan suara konyol kita selama pemilihan, yang sekarang jelas bahwa saya menang besar, membuatnya semakin memalukan untuk AS," ujar Trump di akun Twitter-nya sebelum ditangguhkan seara permanen. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA